-->

Sejarah Kerajaan Demak Dan Pajang

Sejarah Kerajaan Demak dan Pajang  

1. Sejarah Kerajaan Demak

Kerajaan Demak ialah kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa. Kerajaan Demak berdiri sekitar periode ke-15 M. Pendiri kerajaan ini yaitu Raden Patah, seorang putra Raja Majapahit Kertawijaya yang berkeluarga dengan putri Campa. Secara geografis Demak terletak di Jawa Tengah.

Pada masa Kerajaan Majapahit, Demak ialah salah satu wilayah kekuasaannya. Ketika Kerajaan Majapahit mengalami kehancuran akhir perang saudara tahun 1478, Demak berdiri menjadi kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa. Candrasangkala pada Masjid Demak menyatakan bahwa tahun 1403 Saka (1481) sebagai tarikh berdirinya Kerajaan Demak.

Kerajaan Demak berubah menjadi kerajaan besar, di bawah kepemimpinan Raden Patah (1481-1518). Negeri-negeri di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam mengakui kedaulatan Demak. Bahkan Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana (Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi. Pada tahun 1512 dan 1513, di bawah pimpinan putranya yang berjulukan Adipati Unus, Demak dengan kekuatan 90 buah jung dan 12.000 tentara berusaha membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan di Selat Malaka. Karena pernah menyerang ke Malaka Adipati Unus didiberi gelar Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang pernah menyeberang ke utara).

Kerajaan Demak ialah kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa Sejarah Kerajaan Demak dan Pajang
Masjid Agung Demak
Kerajaan Demak dianggap sebagai sentra penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Ajaran Islam berkembang dengan pesat lantaran didukung oleh peranan Walisongo. Demak banyak melahirkan wali, ibarat Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Murya. 

Peranan sunan-sunan yang berasal dari Demak ini sangat besar dalam penyebaran Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada masa pemerintahan Raden Patah, ia didampingi oleh Sunan Kalijaga yang sangat berjasa dalam pembangunan Masjid Demak, yang gaya arsitekturnya ialah perpaduan antara gaya Jawa (Hindu) dengan gaya Islam. Kehidupan sosial masyarakat Demak sudah menerima imbas Islam, dengan digunakannya hukum-hukum yang berlaku dalam aliran Islam dalam kehidupan sosial.

Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan laut dan agraria. Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara laut diwujudkan dengan upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak berhasil. Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan transito (penghubung) kawasan penghasil rempah-rempah dan mempunyai sumber penghasilan pertanian yang cukup besar.

Sesudah Raden Patah wafat pada tahun 1518 M, Kerajaan Demak dipimpin oleh Adipati Unus (1518-1521). Ia menjadi Sultan Demak selama tiga tahun. Kemudian ia digantikan oleh adiknya yang berjulukan Sultan Trenggana (1521-1546) melalui perebutan takhta dengan Pangeran Sekar Sedo Lepen. Untuk memperluas kawasan kekuasaannya, Sultan Trenggana berkeluargakan putra-putrinya, antara lain dinikahkan dengan Pangeran Hadiri dari Kalinyamat (Jepara) dan Pangeran Adiwijaya dari Pajang. 

Sultan Trenggana berhasil meluaskan kekuasaannya ke kawasan pedalaman. Ia berhasil menaklukkan Daha (Kediri), Madiun, dan Pasuruan. Pada ketika melancarkan ekspedisi melawan Panarukan, Sultan Trenggana terbunuh. Pada masa Sultan Trenggana, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak sangat luas mencakup Banten, Jayakarta, Cirebon (Jawa Barat), Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.

Wafatnya Sultan Trenggana (1546) menjadikan kemunduran Kerajaan Demak. Terjadi kudeta antara Pangeran Prawato (putra Sultan Trenggana) dengan Aria Panangsang (keturunan Sekar Sedo Lepen (adik Sultan Trenggana)). Dalam kudeta itu, Aria Panangsang membunuh Pangeran Prawoto dan putranya, Pangeran Hadiri. 

Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri memohon menolongan kepada Adiwijaya di Pajang. Dalam pertempuran itu, Adiwijaya berhasil membunuh Aria Panangsang. Sesudah itu, Adiwijaya memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1568. Peristiwa ini menjadi tamat dari Kerajaan Demak.

a. Kehidupan Politik Kerajaan Demak

1) Raden Patah (1475–1518)

melaluiataubersamaini menolongan daerah-daerah lain yang masuk Islam, ibarat Jepara, Tuban, dan Gresik, Raden Patah pada tahun 1475 berhasil mendirikan Kerajaan Demak, yang ialah kerajaan Islam pertama di Jawa. Menurut Babad Tanah Jawa, Raden Patah yaitu putra Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir) dengan putri Campa. Raden Patah tiruanla diangkat menjadi bupati oleh Kerajaan Majapahit di Bintoro Demak dengan gelar Sultan Alam Akhbar al Fatah.

Dalam upaya menyebarkan kekuasaan dan menguasai perdagangan nasional dan internasional maka pada tahun 1513, Demak melancarkan serangan ke Malaka di bawah pimpinan Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor). Namun, serangan tersebut gagal. Di lingkungan kerajaan, para wali berperan sebagai pendamping dan sekaligus sebagai penasehat raja, khususnya Sunan Kalijaga. Ia banyak mempersembahkan masukan-masukan sehingga Demak berubah menjadi ibarat kerajaan teokrasi, yaitu kerajaan atas dasar agama.

2) Sultan Trenggono (1521–1546).

Adipati Unus (1518–1521 ) menggantikan ayahnya (Raden Patah) untuk menjalankan roda pemerintahan. Ia lebih dikenal dengan nama Pangeran Sabrang Lor (gelar yang diterima alasannya yaitu pernah mengadakan serangan ke utara/Malaka). Adipati Unus meninggal tanpa meningalkan putra sehingga seharusnya digantikan oleh adiknya, Pangeran Sekar Seda Lepen. 

Akan tetapi, pangeran ini dibunuh oleh kemenakannya sehingga yang menggantikan takhta Demak yaitu adik Adpati Unus yang lain, yakni Pangeran Trenggono. Ia setelah naik takhta Demak bergelar Sultan Trenggono.

Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat luas, mencakup Jawa Barat (Banten, Jayakarta, dan Cirebon), Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Tindakan-tindakan penting yang pernah dilakukan Sultan Trenggono adalah sebagai diberikut:

a) menegakkan agama Islam;

b) membendung perluasan kawasan yang dilakukan oleh Portugis;
c) menguasai dan mengislamkan Banten, Cirebon, dan Sunda Kelapa (Perluasan ke wilayah Jawa Barat ini dipimpin oleh Fatahilah (Faletehan) yang kemudian menurunkan raja-raja Banten).

d) berhasil menakhlukkan Mataram, Singasari, dan Blambangan.

Sultan Trenggono gugur (1546) ketika berusaha menaklukkan Pasuruan. Wafatnya Sultan Trenggono memdiberi peluang kepada keturunan Pangeran Sekar Seda Lepen yang merasa berhak atas takhta Kerajaan Demak untuk merebut takhta. Tokoh ini ialah Aria Penangsang yang menjadi bupati di Jipang (Blora). 

Keluarga Sultan Trenggono dengan tokohnya Pangeran Prawoto berusaha untuk menggantikan ayahnya sehingga terjadi perebutan kekuasaan. Perang saudara ini berlangsung selama beberapa tahun yang akhirnya memunculkan Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang berasal dari Pajang, menaiki takhta sebagai raja dengan gelar Sultan Hadiwijoyo (1552–1575).

b. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Dilihat dari segi ekonomi, Demak sebagai kerajaan maritim, menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transit kawasan penghasil rempah-rempah di bab timur dengan Malaka sebagai pamasukan di bab barat. Perekonomian Demak sanggup berkembang dengan pesat di dunia laut lantaran didukung oleh penghasil dalam bidang agraris yang cukup besar.


c. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Demak


Kehidupan sosial Demak diatur oleh hukum-hukum Islam, namun juga masih mendapatkan tradisi lama. melaluiataubersamaini demikian, muncul sistem kehidupan sosial yang sudah menerima imbas Islam. Di bidang budaya, terlihat terang dengan adanya pembangunan Masjid Agung Demak yang populer dengan salah satu tiang utamanya terbuat dari kumpulan sisa-sisa kayu yang digunakan untuk membuat masjid itu sendiri yang disebut soko tatal. 

Di pendapa (serambi depan masjid) itulah Sunan Kalijaga (pemimpin pembangunan masjid) meletakkan dasar-dasar syahadatain (perayaan Sekaten). Tujuannya ialah untuk memperoleh banyak pengikut agama Islam. Tradisi Sekaten itu hingga kini masih berlangsung di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.

2. Sejarah Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Sultan Adiwijaya pada tahun 1568, tidak berumur panjang. Kerajaan Pajang terus mengadakan perluasan ke Jawa Timur. Sesudah berhasil menaklukkan penguasa-penguasa lokal di Jawa Timur Raja Pajang mempersembahkan hadiah kepada dua orang yang berjasa dalam penaklukan-penaklukannya, yaitu Ki Ageng Pamanahan dan Ki Ageng Panjawi. Ki Ageng Pamanahan yang sudah berjasa dalam pertempuran melawan Aria Panangsang, didiberi kekuasaan di Mataram, sedangkan Ki Ageng Panjawi didiberi kekuasaan di Pati.

Sepeninggal Ki Ageng Pamanahan (1584), putranya yang bernama Pguambahan Senopati Ing Alaga (Sutawijaya), menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Mataram dan sekaligus diangkat sebagai panglima tentara Pajang.

Sesudah Sultan Adiwijaya meninggal tahun 1582, takhta Pajang direbut Aria Pangiri (menantu Adiwijaya). Putra Adiwijaya yang berjulukan Pangeran Banowo meminta menolongan kepada Adipati Mataram, Pguambahan Senopati, untuk merebut takhta kerajaan. Aria Pangiri kalah dan melarikan diri ke Banten, sementara Pangeran Banowo menyerahkan takhta kerajaan kepada Pguambahan Senopati. Berakhirlah Kerajaan Pajang dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Mataram Islam.

Demikianlah Materi Sejarah Kerajaan Demak dan Pajang, biar bermanfaa.
LihatTutupKomentar