Pada suatu hari, para malaikat bumi sedang berbicara mengenai makhluk di bumi dan ibadah yang mereka lakukan. Salah satu dari mereka berkata, “sekarang ini di muka bumi tidak ada orang yang lebih baik daripada Ayyub. Dia yaitu orang yang paling agung keimanannya, paling banyak beribadah kepada Allah, paling mensyukuri nikmat-Nya, dan paling banyak berdoa kepada-Nya.
Iblis mendengar apa yang dikatakan malaikat, sehingga mencoba memanfaatkannya. Dia lalu mendatangi Ayyub a.s. dan berusaha menggodanya. Namun Ayyub a.s. yaitu seorang yang hatinya suci dan lapang dada mengasihi Allah SWT, sehingga iblis kehilangan nalar untuk menggodanya.
Setelah bosan menarik hati Ayyub a.s., iblis berkata kepada Allah bahwa Ayyub taat kepada-Nya sebab kekayaan dan kemegahan yang telah Allah berikan kepadanya. Allah pun merelakan harta Ayyub diperbuat apa saja yang disukai oleh iblis, maka iblis dengan segera mendatangi tanah milik Ayyub, kekayaannya, tanaman-tanamannya, dan nikmat-nikmat yang dimiliknya, lalu menghancurkannya. Ayyub a.s. yang semula kaya raya berkembang menjadi miskin dalam sekejap mata. Namun, Ayyub a.s. merelakan semua hartanya sebab semuanya hanyalah pertolongan daripada Allah SWT.
Iblis yang terkejut melihat reaksi Ayyub a.s. kembali menghadap Allah dan menyampaikan bahwa Ayyub masih taat dan takwa kepada Allah tak lain sebab ia masih memiliki anak-anak, ia ingin anak-anaknya untuk mengembalikan kekayaan yang dimilikinya.
Kemudian Allah merelakan putra-putra Ayyub bagi iblis. Allah mengguncang rumah daerah tinggal Ayyub sehingga putra-putra Ayyub pun meninggal semuanya. Namun Ayyub a.s. tetap tegar dan tabah dalam menghadapi cobaan.
Iblis kembali tercengang dan kembali menghadap Allah SWT sembari berkata bahwa Ayyub masih tabah dan tabah sebab tubuhnya masih sehat. Maka Allah SWT. pun merelakan badan Ayyub kepada iblis.
Maka iblis pun memukul badan Ayyub a.s. mulai dari ujung kepala hingga kakinya yang paling bawah sehingga Ayyub a.s. menderita penyakit kulit. Penyakit kulit yang dideritanya sangat parah hingga menjalar hingga ke dalam dagingnya, dan seluruh tubuhnya bernanah. Keluarga dan teman-temannya pun menjauhinya. Hanya istrinya yang setia menemaninya.
Meskipun kondisinya menyerupai itu, Ayyub a.s. masih saja bersyukur kepada Allah SWT. Beliau bersyukur kepada Allah atas hari-hari sehat yang pernah dirasakannya. Dan juga memuji Allah dikarenakan telah memperlihatkan cobaan yang berupa penyakit. Dalam keadaan sehat maupun sakit, dia tetap bersyukur kepada Allah SWT.
Iblis pun semakin jengkel. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya terhadap terhadap Ayyub a.s. Dikumpulkannya semua rekan setannya. Di depan mereka ia menceritakan kisahnya dengan Ayyub a.s. Dia meminta pendapat mereka sehabis mengakui kegagalannya menarik hati Ayyub a.s. atau menciptakan Ayyub a.s. berhenti bersabar dan bersyukur.
Salah seorang dari rekannya bertanya mengapa ia tidak bisa menarik hati Ayyub sedangkan ia bisa menarik hati Adam a.s. sehingga dikeluarkan dari syurga. Iblis itupun tersadar akan sesuatu dan pribadi melesat pergi. Ia mendatangi istrinya Ayyub a.s. dan memenuhi pikirannya dengan keputusasaan sehingga istri Ayyub a.s. menemui Ayyub a.s. dan bertanya kepadanya mengapa ia tidak meminta kepada Allah untuk menyembuhkan penyakitnya.
Ayyub pun menjawab bahwa istrinya itu sudah bisa digoda oleh setan. Ayyub pun bertanya balik kepada istrinya berapa usang mereka telah hidup dalam kesenangan. Istrinya menjawab 80 tahun. Dan Ayyub bertanya lagi berapa usang mereka hidup dalam cobaan. Istrinya menjawab 8 tahun. Maka Ayyub pun berkata bahwa ia merasa aib meminta kepada Allah untuk menyembuhkan penyakitnya sebab bahwa bergotong-royong Allah lebih banyak memberikannya kesenangan dibandingkan dengan cobaan. Ayyub pun menyuruh istrinya pergi dari hadapannya sehingga Ayyub hanya hidup sendirian dan sebatang kara.
Setelah sekian lama, Ayyub a.s. pun meminta Allah SWT untuk memperlihatkan kesembuhan kepadanya tetapi bukan dengan mengeluh melainkan dengan penuh rasa simpati. Allah pun mengabulkan doa Ayyub a.s. dan menyembuhkan penyakitnya serta memperlihatkan kembali kemewahan dan bawah umur kepadanya. (Sumber : Nabi-Nabi Allah karya Ahmad Bahjat dengan sedikit pengubahan )