-->

Sejarah Kerajaan Medang Mataram (Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial Dan Budaya)

Sejarah Kerajaan Medang Mataram (Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya) - Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, disebabkan oleh letusan pegunungan Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. 

Di Jawa Tengah wilayahnya kurang rindang, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali ialah jalur yang strategis untuk perdagangan, dan bersahabat dengan tempat sumber penghasil komoditi perdagangan.

Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram, kemudian pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan mengakibatkan Walunggaluh sebagai sentra kerajaan . Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok memerintah semenjak tahun 929 M hingga dengan 948 M.

 Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor Sejarah Kerajaan Medang Mataram (Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya)
Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang meliputi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

a. Kehidupan politik Kerajaan Medang Mataram

Mpu Sindok kemudian digantikan oleh Sri Isana Tunggawijaya yang memerintah sebagai Ratu. Ia berkeluarga dengan Raja Sri Lokapala dan dikaruniai seorang putra yang berjulukan Sri Makutawang Swardhana.

Berdasarkan Prasasti Pucangan yang berangka tahun 1019, silsilah raja di Mataram Jawa Timur adalah:

 Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor Sejarah Kerajaan Medang Mataram (Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya)

Pada selesai era ke-10 M, Mataram diperintah oleh Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama yang memerintah hingga tahun 1016 M. Ia ialah salah seorang keturunan Mpu Sindok. Berdasarkan diberita dari Cina, disebutkan bahwa Dharmawangsa pada tahun 990 M melaksanakan serangan ke Sriwijaya sebagai upaya mematahkan monopoli perdagangan Sriwijaya. Serangan tersebut gagal, malahan Sriwijaya berhasil menghasut Raja Wurawari (sekitar Banyumas) untuk menyerang istana Dharmawangsa pada tahun 1016. 

Akhirnya Sri Dharmawangsa yang mempunyai ambisi untuk meluaskan kekuasaannya, pada tahun 1016 M mengalami kehancuran (Pralaya) di tangan seorang raja bawahannya sendiri yaitu Raja Wurawari. Peristiwa ini terjadi pada ketika Sri Dharmawangsa sedang melangsungkan program ijab kabul putrinya dengan Airlangga. Seluruh keluarga raja tewas termasuk Dharmawangsa, Airlangga yang berhasil menyelamatkan diri dan bersembunyi di Wonogiri (hutan pegunungan). Di sana ia hidup sebagai seorang pertapa.

 Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor Sejarah Kerajaan Medang Mataram (Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya)Pada tahun 1019, Airlangga yang ialah menantu Dharmawangsa yang berasal dari Bali dinobatkan oleh para pendeta Buddha menjadi raja menggantikan Dhamawangsa. Ia segera mengadakan pemulihan relasi baik dengan Sriwijaya, bahkan memmenolong Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari India Selatan. 

Pada tahun 1037 M Airlangga berhasil mempersatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa, meliputi seluruh Jawa Timur Kemudian pada tahun 1037, Airlangga memindahkan ibu kota kerajaannya dari Daha ke Kahuripan.

Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan, kemudian hidup sebagai petapa dengan nama Resi Gentayu (Djatinindra). Menjelang selesai pemerintahannya Airlangga menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya Sangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya itu menolak dan menentukan untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri. Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya perang saudara di antara kedua putranya yang lahir dari selirnya.

Kerajaan itu adalah: Kerajaan Janggala di sebelah timur didiberikan kepada putra sulungnya yang berjulukan Garasakan (Jayengrana), dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana) meliputi tempat sekitar Surabaya hingga Pasuruan, dan Kerajaan Panjalu (Kediri) di sebelah barat didiberikan kepada putra bungsunya yang berjulukan Samarawijaya (Jayawarsa), dengan ibu kota di Kediri (Daha), meliputi tempat sekitar Kediri dan Madiun.

Raja-raja yang memerintah di Kediri antara lain: Jayawarsa, Jayabaya, Sarwewara, Gandara, Kameswara, dan Kertajaya. Pada masa Jayabaya Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya. Pada prasasti Ngantang dijelaskan bahwa Raja Jayabaya mempersembahkan hadiah kepada rakyat desa Ngantang berupa tanah perdikan. Hadiah didiberikan kepada rakyat tersebut lantaran sudah memmenolong raja ketika terjadi peperangan dengan Jenggala. 

Kerajaan Janggala spesialuntuk berusia sekitar satu era lantaran ditaklukkan oleh Kerajaan Panjalu pada tahun 1135. Waktu itu raja Panjalu berjulukan Jayabaya (1130-1158). Selain dikenal sebagai raja yang mempersatukan kembali wilayah Airlangga, nama Jayabaya sering dikaitkan dengan ramalan-ramalan wacana nasib Pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Jayabaya, pujangga Mpu Sedah dan Mpu Panuluh menulis Kakawin Bharatayudha yang menceritakan kemenangan Pandawa melawan Kurawa, sebagai bandingan terhadap kemenangan Panjalu atas Janggala.

Raja Panjalu yang terakhir ialah Kertajaya atau Dandang Gendis (1190-1222). Pada masa pemerintahannya, keadaan menjadi tidak stabil, terutama konflik antara raja dan kaum Brahmana. Konflik tersebut disebabkan oleh banyaknya kebijakan-kebijakan raja yang hendak mengurangi hak-hak kaum Brahmana. Konflik itu mencapai puncaknya dengan terjadinya peperangan antara Pasukan Kediri yang menyerang Tumapel yang terdiri dari rakyat Tumapel, kaum Brahmana yang dipimpin oleh Ken Angrok (dibaca: Ken Arok). Kerajaan ini pada tahun 1222 dikalahkan oleh Ken Angrok dari Singhasasri dalam pertempuran di Ganter. melaluiataubersamaini demikian, berakhirlah kekuasaan Kerajaan Panjalu (Kediri).

b. Kehidupan ekonomi Kerajaan Medang Mataram

Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa dilihat dari usaha-usaha yang ia lakukan, menyerupai Mpu Sindok banyak membangun bendungan dan mempersembahkan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan suci untuk meningkatkan kehidupan rakyatnya. Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memdiberi tanggul-tanggul untuk mencegah banjir. 

Sementara itu dibidang sastra, pada masa pemerintahannya sudah tercipta satu hasil karya sastra yang terkenal, yaitu karya Mpu Kanwa yang berhasil menyusun kitab Arjuna Wiwaha. Pada masa Kerajaan Kediri banyak informasi dari sumber kronik Cina yang menyatakan wacana Kediri yang sebut Kediri banyak menghasilkan beras, perdagangan yang ramai di Kediri dengan barang yang diperdagangkan menyerupai emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Dari keterangan tersebut, kita sanggup menilai bahwa masyarakat pada umumnya hidup dari pertanian dan perdagangan.

c. Kehidupan sosial-budaya Kerajaan Medang Mataram

Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengi inkan penyusunan kitab Sanghyang Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri beragama Hindu. Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa. Raja Airlangga ialah raja yang peduli pada keadaan masyarakatnya.

Hal itu terbukti dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa potongan di Sungai Berantas untuk mengatasi duduk perkara banjir. Pada masa Airlangga banyak dihasilkan karya-karya sastra, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kebijakan raja yang melindungi para seniman, sastrawan dan para pujangga, sehingga mereka dengan bebas sanggup menyebarkan kreativitas yang mereka miliki.

Pada kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting wacana Kediri yaitu:

1) Rakyat Kediri pada umumnya sudah mempunyai tempat tinggal yang baik, layak huni dan tertata dengan rapi, serta rakyat sudah bisa untuk berpakaian dengan baik.
2) Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan eksekusi mati bagi perampok.
3) Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan memuja para dewa.

Demikianlah Materi Sejarah Kerajaan Medang Mataram (Mataram Kuno di Jawa Timur), biar bermanfaa.
LihatTutupKomentar