Sejarah Kerajaan Aceh - Kerajaan Aceh berdiri dan muncul sebagai kekuatan gres di Selat Malaka, pada masa ke-16 setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Para pedagang Islam tidak mengakui kekuasaan Portugis di Malaka dan segera memindahkan jalur perniagaan ke bandar-bandar lainnya di seluruh Nusantara.
Peran Malaka sebagai sentra perdagangan internasional digantikan oleh Aceh selama beberapa abad. Di Selat Malaka, Kerajaan Aceh bersaing dengan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaysia.
Peran Malaka sebagai sentra perdagangan internasional digantikan oleh Aceh selama beberapa abad. Di Selat Malaka, Kerajaan Aceh bersaing dengan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaysia.
Kerajaan Aceh didirikan oleh Ali Mughayat Syah, yakni pendiri Kerajaan Aceh dan sekaligus sebagai raja pertamanya. Pada tahun 1514 - 1528 beliau mulai bertakhta. Letak Kerajaan Aceh di Kutaraja (Banda Aceh sekarang). Pada tahun 1520, Kerajaan Aceh berhasil menguasai Daerah Pasai, Deli, dan Aru. Penguasaan terhadap daerah-daerah tersebut mengakibatkan Aceh sanggup mengontrol tempat penghasil lada dan emas.
Masjid Baiturrahman |
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 1636), Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan. Wilayah kekuasaan Aceh pada dikala itu mencakup Semenanjung Malaya dan sebagian Sumatra, kecuali Palembang dan Lampung yang dipengaruhi Banten. Perdagangan di Selat Malaka berkembang pesat dan Aceh mempunyai hegemoni atas Selat Malaka, walaupun pelabuhan Malaka gagal dikuasai.
Pelabuhan Aceh dibuka luas menjadi suatu bandar transito yang sanggup menghubungkan perdagangan Islam di dunia Barat. Pada masa Sultan Iskandar Muda ini juga dibangun masjid besar Aceh yang berdiri hingga dikala ini yaitu Masjid Baiturrahman.
Secara ekonomi masyarakat Aceh mengalami perkembangan secara pesat. Hal ini disebabkan wilayahnya yang rindang. Kerindangan tersebut ditandai dengan dihasilkannya barang-barang ekspor lainnya ibarat beras, timah, emas, perak, dan rempah-rempah di pelabuhan Aceh.
Pada masa Iskandar Muda, beliau berusaha menyebarkan tanaman lada sebagai komoditas dagang utama. Agar harga lada di Aceh tetap tinggi, kebun-kebun di Kedah dibabat habis, sedangkan kebun lada di Aceh terus dipelihara. melaluiataubersamaini cara ini, pedagang-pedagang dari Barat spesialuntuk bisa membeli lada dari Aceh. melaluiataubersamaini monopoli ini, Aceh memperoleh laba yang besar.
Pada masa Iskandar Muda, beliau berusaha menyebarkan tanaman lada sebagai komoditas dagang utama. Agar harga lada di Aceh tetap tinggi, kebun-kebun di Kedah dibabat habis, sedangkan kebun lada di Aceh terus dipelihara. melaluiataubersamaini cara ini, pedagang-pedagang dari Barat spesialuntuk bisa membeli lada dari Aceh. melaluiataubersamaini monopoli ini, Aceh memperoleh laba yang besar.
Kerajaan Aceh mempunyai kekerabatan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain, baik dari Barat maupun dari Timur. Pertukaran diplomat dan kolaborasi ekonomi dengan Turki sudah terbina semenjak tahun 1582. Menurut Hikayat Aceh, Kerajaan Aceh sudah mengadakan perjanjian politik dan dagang dengan Kamboja, Champa, Chiangmai, Lamer, Pashula, dan Cina. Selain itu, Aceh juga mempunyai kekerabatan diplomatik dengan Prancis, Inggris, dan Belanda.
Kerajaan Aceh mengalami kemunduran sepeninggal Sultan Iskandar Muda, pada tahun 1636. Penggantinya Sultan Iskandar Thani (1637-1641), melaksanakan ekspansi wilayah ibarat yang dilakukan oleh sultan-sultan sebelumnya. Sesudah itu, tidak ada lagi sultan yang bisa mengendalikan Aceh.
Faktor lainnya yaitu perselisihan yang terus terjadi antara golongan Teuku dan golongan Tengku. Teuku yakni golongan bangsawan, sedangkan Tengku yakni pemuka agama. Kerajaan Aceh bertahan selama empat abad, hingga Belanda mengalahkannya dalam Perang Aceh (1873-1912). Hal ini sanggup di pelajari pada Materi Sejarah Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Belanda. Demikianlah Materi Sejarah Kerajaan Aceh, supaya bermanfaa.
Faktor lainnya yaitu perselisihan yang terus terjadi antara golongan Teuku dan golongan Tengku. Teuku yakni golongan bangsawan, sedangkan Tengku yakni pemuka agama. Kerajaan Aceh bertahan selama empat abad, hingga Belanda mengalahkannya dalam Perang Aceh (1873-1912). Hal ini sanggup di pelajari pada Materi Sejarah Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Belanda. Demikianlah Materi Sejarah Kerajaan Aceh, supaya bermanfaa.