-->

Penjelasan Penyimpangan Semu Aturan Mendel

Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel - Para ilmuwan melihat adanya penyimpangan terhadap aturan Mendel. Ternyata penyimpangan ini spesialuntuk ialah penyimpangan tiruan alasannya pola dasarnya sama dengan aturan Mendel tersebut. 

Perubahan atau penyimpangan yang terjadi mencakup penyimpangan tiruan, pautan gen, pautan seks, pindah silang, determinasi seks, gen letal, dan gagal berpisah (nondisjunction), yang akan dibahas satu-persatu dan pada peluang ini akan dibahas wacana Penyimpangan tiruan.

Beberapa insiden yang menawarkan penyimpangan tiruan di antaranya epistasis dan hipostasis, kriptomeri, interaksi beberapa pasangan alel, polimeri, serta gen komplementer.

a. Epistasis dan Hipostasis

Epistasis dan hipostasis ialah salah satu bentuk interaksi gen dalam hal ini gen secara umum dikuasai mengalahkan gen secara umum dikuasai lainnya yang bukan sealel. Gen secara umum dikuasai yang menutup lisan gen secara umum dikuasai lainnya disebut epistasis, sedangkan gen secara umum dikuasai yang tertutup itu disebut hipostasis

Peristiwa epistasis dan hipostasis terjadi pada warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.), warna kulit gandum, warna bulu ayam, warna rambut mencit, dan warna mata pada manusia. Peristiwa epistasis sanggup dibedakan menjadi tiga, yaitu epistasis dominan, epistasis resesif, serta epistasis secara umum dikuasai dan resesif.

1) Epistasis Dominan
Pada epistasis secara umum dikuasai terdapat satu gen secara umum dikuasai yang bersifat epistasis. Misalnya warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.). A ialah gen untuk umbi merah dan B ialah gen untuk umbi kuning. Gen merah dan kuning secara umum dikuasai terhadap putih. Perkawinan antara tumbuhan bawang berumbi lapis kuning homozigot dengan yang merah homozigot menghasilkan tumbuhan F1 yang berumbi lapis merah.

Keturunan F2 terdiri atas 16 kombinasi dengan perbandingan 12/16 merah : 3/16 kuning : 1/16 putih atau 12 : 3 : 1. Perbandingan itu terlihat menyimpang dari aturan Mendel, tetapi ternyata tidak. Perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 untuk keturunan perkawinan dihibrid spesialuntuk mengalami modifikasi saja, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 menjadi 12 : 3 : 1.
Perhatikan diagram persilangan diberikut.

Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

2) Epistasis Resesif
Pada insiden epistasis resesif terdapat suatu gen resesif yang bersifat epistasis terhadap gen secara umum dikuasai yang bukan alelnya (pasangannya). Gen resesif tersebut harus dalam keadaan homozigot, contohnya pada pewarisan warna rambut tikus. Gen A memilih warna hitam, gen a memilih warna abu-abu, gen C memilih enzim yang mengakibatkan timbulnya warna dan gen c yang memilih enzim penghambat munculnya warna. Gen C bersifat epistasis. Jadi, tikus yang berwarna hitam mempunyai gen C dan A. Perhatikan diagram persilangan diberikut.

Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Jadi, perbandingan fenotip F2 = hitam : abu-abu : putih = 9 : 3 : 4.

3) Epistasis Dominan dan Resesif
Epistasis secara umum dikuasai dan resesif (inhibiting gen) ialah penyimpangan tiruan yang terjadi alasannya terdapat dua gen secara umum dikuasai yang kalau dalam keadaan bersama akan menghambat imbas salah satu gen secara umum dikuasai tersebut. Peristiwa ini menimbulkan perbandingan fenotip F2 = 13 : 3. contohnya ayam leghorn putih mempunyai fenotip IICC dikawinkan dengan ayam white silkre berwarna putih yang mempunyai genotip iicc. Perhatikan diagram diberikut.
Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Catatan:
C = gen yang menghasilkan warna.
c = gen yang tidak menghasilkan warna (ayam menjadi putih).
I = gen yang menghalang-halangi keluarnya warna (gen ini disebut juga gen penghalang atau inhibitor).

i = gen yang tidak menghalangi keluarnya warna. Coba perhatikan diagram hasil persilangan F1 di atas. Meskipun gen C mensugesti munculnya warna bulu, tetapi alasannya bertemu dengan gen I (gen yang menghalangi munculnya warna), maka menghasilkan keturunan dengan fenotip ayam berbulu putih. Jadi, perbandingan fenotip:

F2 = ayam putih : ayam berwarna
     =13/16 : 3/16 = 13 : 3

b. Kriptomeri

Kriptomeri ialah insiden gen secara umum dikuasai yang seperti tersembunyi bila berada bersama dengan gen secara umum dikuasai lainnya, dan akan terlihat bila bangkit sendiri. Correns pernah menyilangkan flora Linaria maroccana berbunga merah galur murni dengan yang berbunga putih juga galur murni. Dalam persilangan tersebut diperoleh F1 tiruana berbunga ungu, sedangkan F2 terdiri atas tumbuhan dengan perbandingan berbunga ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.

Warna bunga Linaria (ungu, merah, dan putih) ditentukan oleh pigmen hemosianin yang terdapat dalam plasma sel dan sifat keasaman plasma sel. Pigmen hemosianin akan menampilkan warna merah dalam plasma atau air sel yang bersifat asam dan akan menampilkan warna ungu dalam plasma sel yang bersifat basa. Warna bunga Linaria maroccana ditentukan oleh lisan gen-gen diberikut.

1) Gen A, memilih ada materi dasar pigmen antosianin.
2) Gen a, memilih tidak ada materi dasar pigmen antosianin.
3) Gen B, memilih suasana basa pada plasma sel.
4) Gen b, memilih suasana asam pada plasma sel.

Persilangan antara Linaria maroccana bunga merah dengan bunga putih menghasilkan keturunan mirip dijelaskan pada diagram diberikut.

Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel


Persilangan tersebut dihasilkan rasio fenotip F2 = ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.

c. Interaksi Beberapa Pasangan Alel (Atavisme)

Pada permulaan masa ke-20, W. Baterson dan R.C. Punnet menyilangkan beberapa varietas ayam negeri, yaitu ayam berpial gerigi (mawar), berpial biji (ercis), dan berpial bilah (tunggal). Pada persilangan antara ayam berpial mawar dengan ayam berpial ercis, menghasilkan tiruana ayam berpial sumpel (walnut) pada keturunan F1. Varietas ini sebelumnya belum dikenal. 

Pada keturunan F2 diperoleh empat macam fenotip, yaitu ayam berpial walnut, berpial mawar, berpial ercis, dan berpial tunggal dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Perbandingan ini sama dengan perbandingan F2 pada pembastaran dihibrid. Perhatikan diagram persilangan di bawah.

Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Berdasarkan diagram persilangan tersebut terdapat penyimpangan dibandingkan dengan persilangan dihibrid. Penyimpangan yang dimaksud bukan terkena perbandingan fenotip, tetapi munculnya sifat gres pada F1 dan F2. Keturunan F1 berfenotip ayam berpial walnut atau sumpel, tidak ibarat salah satu induknya. Sifat pial sumpel atau walnut (F1) ialah interaksi dua faktor secara umum dikuasai yang bangkit sendiri-sendiri dan sifat pial tunggal (F2) sebagai hasil interaksi dua faktor resesif. 

d. Polimeri

Polimeri ialah pembastaran heterozigot dengan banyak sifat beda yang bangkit sendiri-sendiri, tetapi mensugesti potongan yang sama pada suatu organisme. Peristiwa polimeri pertama kali dilaporkan oleh Nelson-Ehle, melalui percobaan persilangan antara gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih. 
Perhatikan diagram persilangan diberikut.

Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Berdasarkan diagram di atas dihasilkan perbandingan genotip F2 sebagai diberikut.
9 M1_M2_ = merah   3 m1m1M2_ = merah
3 M1_m2m2 = merah  1 m1m1m2m2 = putih

e. Gen Komplementer

Gen komplementer ialah gen-gen yang diberinteraksi dan saling melengkapi. Kehadiran gen-gen tersebut secara gotong royong akan memunculkan abjad (fenotip) tertentu. Sebaliknya, kalau salah satu gen tidak hadir maka pemunculan abjad (fenotip) tersebut akan terhalang atau tidak sempurna.

Perhatikan pola diberikut.
Pemunculan suatu pigmen ialah hasil interaksi dua gen, yaitu gen C dan gen P.

Gen C : menimbulkan munculnya materi mentah pigmen.
Gen c : tidak menghasilkan pigmen.
Gen P : menghasilkan enzim pengaktif pigmen.
Gen p : tidak bisa menghasilkan enzim.

Perhatikan persilangan yang menawarkan adanya gen komplementer antara individu CCpp (putih) dengan individu ccPP (putih) pada diagram diberikut.

Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

f. Gen-Gen Rangkap yang Mempunyai Pengaruh Kumulatif

Miyake dan Imai (Jepang) menemukan bahwa pada tumbuhan gandum (Hordeum vulgare) terdapat biji yang kulitnya berwarna ungu tua, ungu, dan putih. Jika gen secara umum dikuasai A dan B terdapat gotong royong dalam genotip, kulit buah akan berwarna ungu tua. Bila terdapat salah satu gen secara umum dikuasai saja (A atau B), kulit buah berwarna ungu. Absennya gen secara umum dikuasai mengakibatkan kulit buah berwarna putih. Perhatikan diagram persilangan diberikut.

Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Berdasarkan diagram di atas dihasilkan perbandingan genotip F2 sebagai diberikut.
9 A_B_ = ungu tua
3 A_bb = ungu
3 aaB_ = ungu
1 aabb = putih

Demikianlah Penjelasan Penyimpangan Semu Hukum Mendel, supaya bermanfaa.
LihatTutupKomentar