-->

Penjelasan Pengertian Dan Konsep Bahasa

#Antropologi_Kelas_11 Penjelasan Pengertian dan Konsep Bahasa - Dikutip dari Kridalaksana (1923), bahasa yakni sistem lambang suara yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.

Menurut Anderson dan Douglas Brown bahwa bahasa mempunyai ciri atau sifat bahasa. Ciri-ciri bahasa itu antara lain bahasa itu yakni sebuah sistem, berwujud lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, bermakna, bersifat konvensional, unik, universal, dan produktif, bervariasi, dinamis,digunakan sebagai alat komunikasi, dan ialah identitas penuturnya.

Para Ahli sudah mencoba untuk mendefinisikan bahasa dari beberapa segi. Definisi bahasa sebagai diberikut.

 Penjelasan Pengertian dan Konsep Bahasa Penjelasan Pengertian dan Konsep Bahasaa. Satu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.
b. Satu peralatan yang digunakan untuk memberikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain.
c. Satu kesatuan sistem makna.
d. Satu isyarat yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna.
e. Satu ucapan yang menepati tata bahasa yang sudah diputuskan (contoh: Perkataan, kalimat, dan lain-lain).
f. Satu sistem tuturan yang akan sanggup dipahami oleh masyarakat linguistik.
g. Satu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.
h. Satu peralatan yang digunakan untuk memberikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain.
i. Satu kesatuan sistem makna.
j. Satu isyarat yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna.
k. Satu ucapan yang menepati tata bahasa yang sudah diputuskan (contoh: perkataan, kalimat, dan lain-lain).
l. Satu sistem tuturan yang akan sanggup dipahami oleh masyarakat linguistik.

Bahasa yakni alat canggih yang bisa dipergunakan pada aneka macam peluang dan kebutuhan. Melalui bahasa pula insan bisa memberikan segala hal yang dimaksudkan kepada pihak lain. Namun demikian, konteks bahasa pula bermain di dalamnya. Demikian pula halnya dengan bahasa yang tidak spesialuntuk mempunyai satu makna. Kata ”bahasa” sanggup diinterpretasikan tidak sama-beda, tergantung pada konteks yang melingkupinya.

Abdullah Chaer menyampaikan bahwa bahasa dalam bahasa Indonesia mengandung makna lebih dari satu makna. Simaklah contoh-contoh diberikut ini.

a. Fina mencar ilmu bahasa Korea.
Bahasa pada kalimat a merujuk pada bahasa tertentu. De Saussure menyampaikan sebagai langue.
b. Manusia mempunyai bahasa, sedangkan binatang tidak.
Bahasa pada kalimat b merujuk pada bahasa pada umumnya; yakni language.
c. Jangan bergaul dengan anak yang tidak tahu bahasa itu. 
Bahasa pada kalimat c merujuk pada sopan santun.
d. Pada pejabat tidak mempunyai bahasa yang sama. 
Bahasa pada kalimat d merujuk pada kebijakan dalam mengambil keputusan.
e. Katakanlah dengan bahasa bunga. 
Bahasa pada kalimat e merujuk pada pemdiberian bunga sebagai lambang suatu maksud.
f. Kerusuhan itu tidak sanggup dituntaskan dengan bahasa militer. 
Bahasa pada kalimat f merujuk pada dengan cara.
g. Saat ia berpidato, bahasanya penuh dengan kata ”daripada” dan akhiran ”ken”.
Bahasa pada kalimat g merujuk pada arti harfiahnya. Simaklah kalimat a hingga e, kata bahasa yakni bentuk kias lantaran mempunyai makna yang berakup. Artinya tidak mempunyai makna secara harafiah.


Bahasa yang ada di dunia sangat beragam. Masing-masing bahasa dikelompokkan ke dalam satu rumpun bahasa, yang asal-usulnya sama. Bahasa apakah yang ialah bahasa pertama atau perintis, susah sekali ditemukan. Selain lantaran sudah punah, juga tidak terdokumentasikan dengan baik. Salah satu cara yang biasa digunakan yakni dengan mengenali ciri-cirinya kemudian membuat perbandingan. Metode perbandingan ini pertama kali dikemukakan oleh August Schleicher, spesialis bahasa masa XIX.

melaluiataubersamaini metode ini, ia sanggup memberikan status rumpun bahasa dari bahasa-bahasa yang ada di dunia. Rumpun bahasa terbesar yakni Niger Kordofania (terdiri atas 1489), disusul rumpun bahasa Austronesia (terdiri atas 1262 bahasa), Trans Nugini (terdiri atas 552 bahasa), dan Indo Eropa (terdiri atas 443 bahasa).

Secara umum bahasa di dunia dibagi menjadi 11 subrumpun; antara lain sebagai diberikut :

1) Rumpun Indo Eropa Rumpun bahasa ini meliputi bahasa-bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, SlavikRoaman, Keltik, Gaulis.
2) Rumpun Hamito-Semit (Afro-Asiatik) Rumpun bahasa ini meliputi bahasa-bahasa Koptis, Berber, Kushid, Chad, Arab, Etiopik, Ibrani.
3) Rumpun Chari-Nul Rumpun ini meliputi bahasa Swahili, Bantrik, Khoisan.
4) Rumpun Dravida Rumpun ini meliputi bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.
5) Rumpun Austronesia (Melayu Polinesia) Rumpun ini meliputi bahasa Indonesia (Melayu, Austronesia Barat), Melguasia, Mikronesia, Polinesia.
6) Rumpun Kaukasus
7) Rumpun finno-Ugris Rumpun ini meliputi bahasa Hungar, Lapis, Samoyid.
8) Rumpun Paleo Asiatis (Hiperbolis) Rumpun ini meliputi bahasa-bahasa di Sidiberia Timur.
9) Rumpun Ural-Altai Rumpun ini meliputi bahasa-bahasa Mongol, Maluku, Tungu, Turki, Korea, Jepang.
10) Rumpun Sino-Tibet Rumpun ini meliputi bahasa-bahasa Yenisei, Ostyak, Tibeto, Burma, Cina.
11) Rumpun bahasa Indian Rumpun bahasa ini meliputi bahasa Eskimo, Aleut, Na-Dene, Algonkin, Wakshan, Hokan, Sioux, Penuto, Aztek-Tanoan. 

Bahasa di dunia bersifat divergensif ‘memecah dan menyebar menjadi banyak. Namun demikian, bahasa pun sanggup punah lantaran ditinggalkan penuturnya yang beralih ke bahasa lain yang dianggap lebih menguntungkan.

Di Indonesia terdapat lebih dari 200 bahasa dan logat yang digunakan. Namun, tetap bahasa Indonesia yang digunakan sebagai bahasa resmi. Logat yang paling banyak yakni logat Jawa lantaran 45% penduduk Indonesia yakni orang Jawa. Bahasa Indonesia memakai huruf Latin di dalam transkripsinya. Banyak bahasa absurd yang diserap ke dalam bahasa Indonesia; beberapa di antaranya yakni bahasa Arab, bahasa Sanskerta, bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Portugis, dan lain-lain. Bahasa Indonesia termasuk di dalam rumpun bahasa Austronesia.


Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu dan satu rumpun dengan bahasa Austronesia. Bahasa Melayu yakni bahasa keempat terbesar yang dituturkan di dunia, dengan pengguna kurang lebih berjumlah 250 juta jiwa. Bahasa ini sudah menjadi lingua franca bangsa-bangsa di daerah Asia Tenggara semenjak zaman perdagangan kuno 

Bukti bertulis yang tertua ihwal bahasa Melayu Kuno ini terdapat di beberapa buah prasasti sebagai diberikut.

1) Prasasti Kedukan Bukit memakai abjad Palawa ditemukan di Palembang, berangka tahun 605 Tahun Saka (683 M).
2) Prasasti Talang Tuwo berangka tahun 606 Tahun Saka (684 M). Prasasti ini ditemukan oleh Residen Westenenk tanggal 17 November 1920 di barat daya Bukit Siguntang,Palembang.
3) Prasasti Kota Kapur berangka tahun 608 Tahun Saka (686 M).
4) Prasasti Karang Berahi berangka tahun 614 Tahun Saka (692 M)

Dari sejumlah prasasti itu, kita bisa mengetahui bagaimana perkembangan bahasa Melayu dari waktu ke waktu. Peran dan fungsi bahasa Melayu ketika itu antara lain sebagai diberikut. Pertama, sebagai bahasa perdagangan.Peran ini didukung oleh keberadaan Kerajaan Sriwijaya yang menjadi negara kerajaan laut terbesar di Asia Tenggara. Saat itu, di sepanjang pesisir pantai Sumatra, Jawa, dan Malaka terbentuk bandar-bandar transit yang biasa digunakan oleh para pedagang untuk istirahat dan mengambil bekal perdagangan. 

Dalam perkembangan selanjutnya, muncul pemukiman dan komunitas yang dihuni oleh pedagang dari bermacam-macam latar belakang budaya. Interaksi antarpedagang ini menimbulkan bahasa Melayu terbawa ke daerah yang lebih luas. Secara internal, bahasa Melayu semakin diperkaya ragamnya sementara itu secara eksternal jangkauannya semakin luas. Kedua, bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa agama. Selain sebagai pemegang hegemoni dagang di daerah Asia Tenggara, Kerajaan Sriwijaya yakni sentra pengembangan agama Buddha.

Hubungannya dengan India, mengakibatkan Sriwijaya bisa menjadi tempat pembelajaran agama Buddha yang tersohor di Asia Tenggara. Para musafir banyak yang singgah untuk memperdalam anutan Buddha. Para musafir menyerupai Fa Hien dan I Ching menyebut bahasa Melayu dengan Kw’unlun.

Bukti adanya korelasi bahasa Melayu zaman Sriwijaya dengan bahasa Melayu diberikutnya bisa dilihat pada prasasti Talang Tuo (Zulkifli Muhammad 1971: 16 dalam Shahrin Abdullah, 1971), sebagaimana dikutip Wahjudi Djaja): ”di asanbadunga marga lai temu muah ya ahara dengan air diminumnya sawayaknya wuatnya huma parlak mancak muwah ya manghidupi pasu prakara marhulun tuwi werddhi muwah ya tidakbolehya ya nikenai sewanyaknya yang upasarga pidana swapnawigna”. Artinya: ”Apabila mereka (orang-orang itu) lapar, di tempat perhentian atau di tengah-tengah perjalanan haruslah mereka mendapat makanan dan air minum. 

Moga-moga segala perhumaan dan kebun-kebun yang mereka perbuat memdiberi hasil yang banyak. Moga-moga selamat segala macam ternak dan sekalian hamba sahaya mereka itu. cepatdangampang-gampangan tidakboleh mereka ditimpa oleh sesuatu malapetaka, atau disiksa oleh penyakittak sanggup tior”. Dari kutipan tersebut, kita bisa melihat bagaimana pinjaman politik Kerajaan Sriwijaya sangat penting untuk perkembangan bahasa Melayu.

Pada masa kerajaan Islam, bahasa Melayu semakin berkembang dengan pesat. Pedagang-pedagang Nusantara ialah bintang film utama perdagangan di sepanjang jalur Malaka-Maluku. Dari kontak dagang inilah kemudian berkembang menjadi kontak budaya. INI yang melatarbelakangi munculnya goresan pena Arab Malayu, yaitu huruf Arab yang digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu. Puncak perkembangan bahasa Melayu pada periode Islam ini terjadi pada masa Kerajaan Islam Aceh Darussalam. Pada masa ini muncullah tokoh-tokoh besar menyerupai Syeh Hamzah Fanzuri, Syeh Syamsuddin Sumatrani, Syeh Nuruddin Ar-Raniri, dan Syeh Abdur Rauf Tengku Syiah Kuala. Mereka menyebarkan pemikiran Islam dan karya sastra (tasawuf) dalam bahasa Arab Melayu.

Bahasa Melayu pun menjadi bahasa utama di lingkungan bahasa kerajaan dan dunia kesusastraan. Karya sastra dengan mutu tinggi bermunculan di Bumi Serambi Mekah. Misalnya, Hikayat Aceh, Bustanus Salatin, dan lain-lain. Kesusastraan juga berkembang dengan pesat pada masa Kerajaan Demak dan Mataram Islam. Kesusastraan waktu itu antara lain berupa Babad Demak, Babad Tanah Jawi, Nitisastra, dan lain-lain yang ditulis dengan abjad Arab. Bahasa dan sastra Melayu bisa berkembang lantaran adanya pinjaman para wali dan raja. Wali Sanga yakni tokoh-tokoh sastra yang hebat, sedangkan Sultan Agung yakni raja yang mempunyai rasa estetis sangat tinggi.

Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga memengaruhi perkembangan bahasa Melayu. Seorang petualang dari Portugis, Pigafetta, menulis Vocabuli de questi populi mari meliputi 426 kata-kata Melayu. Tome Pires menulis buku Suma Oriental di mana sudah menyebut pulau-pulau Sumatra, Nusa Tenggara, dan Maluku. Perkembangan bahasa Melayu juga didorong oleh agresi kristenisasi. Franciscus Xaverius menerjemahkan kitab-kitab Alkitab ke dalam bahasa Melayu dan bahasa setempat.

Perkembangan bahasa Melayu sangat pesat pada masa penjajahan Belanda. Selain memperkenalkan surat kabar atau koran, pemerintah kolonial juga membuka bermacam-macam model pendidikan dan pramasukana masyarakat perkotaan lainnya. Bahasa Melayu pelan-pelan berkembang menjadi bahasa pengantar pendidikan dan komunikasi persuratkabaran. Pada masa inilah muncul istilah Maleish untuk menyebut bahasa Melayu. Politik etis yang di antaranya meliputi edukasi, sangat memengaruhi penyebarluasan bahasa Melayu. Pada sekolah-sekolah tinggi menyerupai OSVIA, NIAS, dan STOVIA bahasa itu menjadi perekat persatuan para mahasiswa. Mereka yang berlatar belakang tidak sama memakai bahasa Melayu untuk menjalin komunikasi dan pergaulan.

Pada tanggal 14 September 1908, pemerintah kolonial Hindia Belanda membentuk Commissie voor de Inlandsche School en Volklectuur yang diketuai oleh GAJ. Hazeu. Latar belakang pembentukan forum ini yakni untuk mengendalikan kecenderungan kaum aristokrat yang mulai berpolitik dan memakai bahasa Melayu untuk memberikan inspirasi dan gagasannya ihwal paham kebangsaan. Artinya, pemerintah kolonial berusaha menjauhkan rakyat dari bahasa Melayu. Namun, perjuangan pemerintah ini tidak menemui banyak hasil, lantaran para sastrawan dan tokoh pergerakan bisa memakai surat kabar dan majalah pergerakan untuk menuangkan gagasannya.

Meski forum Volkslectuur menerapkan sensor untuk goresan pena dan karya sastra yang diterbitkan, namun banyak pula karya sastra yang lahir pada masa itu. Misalnya Nyai Permana karya RM. Tirto Adisuryo, Si Bejo Jurnalis Berontak karya Semaun, Hikayat Kadirun karya Mas Marco Kartodikromo, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, justru dari forum bentukan pemerintah inilah lahir karya sastra pada periode pergerakan. Misalnya novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli, Salah Asuhan karya Abdul Muis, dan lain-lain.

Akhirnya, bahasa Melayu dijadikan identitas nasional ketika para perjaka menggelar kongresnya tahun 1928 di Jakarta. Bahasa Melayu dijadikan bahasa persatuan dengan nama Bahasa Indonesia. Bahasa inilah yang digunakan dalam dunia pergerakan untuk menumbuhkembangkan nasionalisme Indonesia. Banyak goresan pena para tokoh pergerakan yang dimuat dalam bermacam-macam surat kabar atau majalah. Bahkan para tokoh tersebut memberikan pidato untuk menggugah kesadaran nasional dengan memakai bahasa Melayu atau Indonesia. Saat para pemimpin bangsa menyusun konstitusi negara, bahasa Melayu tersebut dimasukkan ke dalam salah satu pasalnya.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai diberikut.

1) Bahasa resmi kenegaraan
2) Bahasa persatuan
3) Identitas bangsa Indonesia

Ketiga fungsi tersebut ialah satu kesatuan yang akan menopang kelangsungan hidup bangsa Indonesia. melaluiataubersamaini memakai bahasa Indonesia, kita bisa menjalin komunikasi dan interaksi dengan sesama suku bangsa secara lebih gampang. Beragam kepentingan kita pun bisa lebih praktis terpenuhi apabila bahasa yang kita gunakan bisa dimengerti oleh orang lain.

Fungsi bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa atau negara akan menjadikan bahasa Indonesia sebagai ciri atau tanda yang membedakan dengan bangsa lain. INI yang bisa membanggakan bangsa kita. Ketiga fungsi bahasa tersebut akan bisa memperkukuh integritas dan persatuan sesama anak bangsa.

Karena, ketiadaan pujian pada bahasa sendiri akan menjadi awal munculnya disintegrasi negara Indonesia. Kita tidak bisa saling berkomunikasi dengan suku bangsa yang lain lantaran masing-masing merasa besar hati dengan bahasa daerahnya. Akan lebih parah lagi apabila generasi penerus lebih besar hati dengan bahasa manca negara sehingga bahasa Indonesia akan ditinggalkan.

Menurut Amran Halim (sebagaimana dikutip Wahjudi Djaja, 1996), dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang pujian nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu bangsa, dan masukana komunikasi antarsuku dan budaya bangsa. Melihat betapa strategisnya kedudukan bahasa Indonesia, selayaknya seluruh masyarakat negara menjunjung tinggi bahasa tersebut dengan cara memakai bahasa itu secara baik dan benar sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.


Perkembangan bahasa Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan masyarakat pemakainya. Perkembangan dan perubahan bahasa Indonesia itu antara lain dipengaruhi oleh luasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia dan keguakaragaman penuturnya. Apalagi perubahan yang terjadi di masyarakat pun berjalan sangat cepat. Keragaman latar belakang penuturnya baik dari segi geografis maupun dari sosial mengakibatkan munculnya keragaman bahasa.

Salah satu ragam bahasa Indonesia yang penting untuk diamati yakni ragam pendidikan formal yang biasa digunakan di sekolah, yang biasa disebut ragam bahasa tinggi. Ragam bahasa itu biasanya dianggap sebagai tolok untuk pemakaian bahasa yang benar. Oleh lantaran itulah maka ragam bahasa sekolah itu disebut juga ragam bahasa baku.

Ciri-ciri lafal baku bahasa Indonesia antara lain sebagai diberikut: berkaitan dengan bahasa sekolah yang sering disebut ragam tinggi, biasa lazim digunakan oleh kelompok terpelajar, lafal atau sistem bunyinya lebih kompleks, cenderung mempunyai khasanah suara yang lebih banyak, cenderung mempunyai kaidah fonotaktis yang lebih rumitn dan cenderung tidak sama dalam kaidah pemdiberian tekanan pada kata.

Aspek-aspek suara dan tekanan yang memperbedakan ragam bahasa baku dengan ragam bahasa tak-baku yang biasa digunakan kaum tak-terpelajar, bersumber pada logat atau aksen. Ragam bahasa baku yakni ragam bahasa yang paling sedikit menunjukkan ciri kedaerahan.

Ragam bahasa baku cocok untuk keperluan komunikasi verbal yang penting, yang menjadi tolok untuk pemakaian bahasa yang benar, bergengsi, dan berwibawa. Ragam bahasa baku antara lain berfungsi sebagai pemersatu, penanda kepribadian, penanda wibawa, dan sebagai kerangka acuan.

Ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 ialah insiden bersejarah yang sangat penting dalam proses perkembangan bangsa Indonesia yang bersatu. Ratusan suku bangsa dengan latar belakang kebahasaan dan menyebar di kepulauan Nusantara bisa hidup penuh kebersamaan lantaran berkomunikasi dengan memakai bahasa Indonesia.

Kepribadian suatu bangsa akan terlihat ketika terlibat dalam pergaulan antarbangsa. melaluiataubersamaini mendengar logat dan lafal atau dialeknya, kita bisa mengetahui dari mana ia berasal. Kewibawaan orang juga akan terlihat ketika ia memakai lafal bakunya. Orang yang berbahasa dengan ragam baku, cenderung akan memperoleh status sosial yang tinggi.

Ragam baku dan lafal baku dalam penerapan bahasa Indonesia tolong-menolong ialah tuntutan Sumpah Pemuda tahun 1928 dan Undang-Undang Dasar 1945. Pengakuan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dengan nama bahasa Indonesia menuntut setiap orang Indonesia untuk bisa berkomunikasi satu sama lain baik secara verbal maupun secara tertulis dalam bahasa persatuan.

Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berarti bahwa segala bentuk komunikasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilakukan dalam bahasa Indonesia. Semua aktivitas komunikasi verbal dalam bahasa Indonesia itu, secara verbal atau secara tertulis, spesialuntuk akan mencapai hasil yang baik kalau memakai ragam baku bahasa Indonesia. Oleh lantaran itu, seluruh elemen bangsa (sejak presiden hingga rakyat biasa) harus membiasakan diri memakai ragam bahasa yang baku.


Di dunia terdapat sekitar 7.000 bahasa. Di Indonesia terdapat 700 bahasa, dan 60-70 buah terdapat di NTT. Jadi, dari seluruh bahasa yang ada di seluruh permukaan bumi, 10% terdapat di Indonesia, dan 1% terdapat di NTT. Tidak banyak negara yang mempunyai banyak bahasa. Oleh lantaran itu bangsa Indonesia patut besar hati akan kekayaan bahasa yang dimiliki.

Bahasa daerah di Indonesia yang berjumlah sekitar 700 bahasa tersebut banyak yang terancam punah, terutama yang terdapat di daerah NTT. Kepunahan terjadi disebabkan tidak digunakannya kembali bahasa tersebut. Banyak bahasa daerah yang ditinggalkan lantaran cenderung digunakannya bahasa Indonesia di dalam kehidupan sehari-hari.

Dikutip dari pernyataan Louise Baird ada anggapan negatif terhadap bahasa daerah yang mengakibatkan bahasa daerah semakin ditinggalkan. Anggapan negatif tersebut sebagai diberikut.

1) Bahasa daerah dianggap ketinggalan zaman.
2) Bahasa daerah dianggap sebagai bahasa milik orang golongan bawah.
3) Bahasa daerah dianggap tidak intelek.
4) Bahasa daerah dianggap tidak berguna di daerah perkotaan.
5) Bahasa daerah dianggap tidak mendukung kemajuan.
6) Bahasa daerah dianggap tidak mendukung kesuksesan belajar.

Oleh alasannya yakni itu, perlu ditingkatkan adanya anggapan positif terhadap bahasa daerah. Anggapan negatif tersebut sebagai diberikut.

1) Bahasa daerah yakni salah satu pujian bangsa lantaran sudah ada semenjak zaman lampau.
2) Bahasa daerah yakni kekayaan kebudayaan bangsa.
3) Bahasa daerah yakni salah satu ciri khas bangsa sehingga menjadi identitas bangsa.
4) Bahasa daerah yakni penunjang kemajuan.
5) Bahasa daerah penunjang kemajuan pendidikan.

Bahasa daerah yang ada di Indonesia luar biasa banyaknya. Masing-masing daerah mempunyai bahasa daerah sendiri-sendiri.

Berikut ini yakni bahasa daerah yang ada di Indonesia menurut daerahnya.

Selain kaya dengan keragaman budaya dan tradisi, bangsa Indonesia juga kaya dengan bahasa daerah. Bahasa-bahasa itu digunakan oleh masyarakat suku bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Berikut yakni penjabaran bahasa daerah menurut wilayahnya.

 Penjelasan Pengertian dan Konsep Bahasa Penjelasan Pengertian dan Konsep Bahasa

Itu yakni nama-nama bahasa daerah yang ada di aneka macam pulau di Indonesia. Masing-masing pulau mempunyai bahasa daerah yang tidak sama satu dengan yang lain. Masih banyak lagi bahasa daerah yang lain yang belum tercatat. Misalnya yang biasa digunakan oleh suku bangsa terasing yang hidup di pedalaman hutan.

Demikianlah Materi Penjelasan Pengertian dan Konsep Bahasa, supaya bermanfaa.
LihatTutupKomentar