Postingan kali ini membahas wacana Pemeriksaan Vital Signs, dengan fokus bahasan mencakup Pengertian, macam-macam investigasi vital signs, dan mekanisme pemeriksaannya.
Pengertian Vital Signs
Vital signs merupakan gejala vital yang sangat menghipnotis kesetimbangan keadaan haemodinamik seseorang. Adanya perubahan pada tanda vital mengindikasikan adanya gangguan organ yang berperan dalam menjaga keseimbangan haemodinamik.Tanda-tanda vital ini terdiri dari tekanan darah (blood pressure), denyut nadi (pulse rate), laju pernapasan (respiratory rate), dan suhu tubuh.
Pemeriksaan vital sign merupakan suatu investigasi terkait dengan gejala vital untuk menilai kesehatan fisik seseorang secara umum menuju ke tahap perburukan atau perbaikan serta membantu mendiagnosa penyakit yang mungkin. Pemeriksaan vital signs penting dilakukan untuk memantau keadaan pasien yang sedang dalam masa perawatan, baik rawat inap maupun rawat jalan. Prinsip pelaksanaan investigasi ini tidak selalu sama pada setiap pasien, hal ini bergantung pada kondisi pasien. Pada pasien dengan kegawatdaruratan, tentunya investigasi vital signs akan lebih sering dilakukan untuk mengobservasi keadaan pasien.
Macam-Macam Pemeriksaan
Dalam melaksanakan investigasi vital signs, evaluasi fungsi jantung dan pernapasan harus lebih diutamakan. Sehingga, ada baiknya investigasi tanda vital dimulai dengan pengukuran tekanan darah, dilanjutkan dengan investigasi denyut nadi, kemudian frekuensi laju pernapasan, dan diikuti dengan investigasi suhu tubuh. Berikut ini uraian lebih lanjut dari tiap-tiap pemeriksaan.
(1) Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan dan jumlah darah yang dipompa baik ke sirkulasi pulmoner maupun sitemik yang bergantung pada siklus jantung. Tekanan darah akan lebih tinggi pada keadaan sistolik (waktu ventrikel berkontraksi dan darah dipompakan ke seluruh tubuh) dan sedikit menurun pada keadaan diastolik (waktu ventrikel berelaksasi dan darah menuju ke ventrikel). Tinggi rendahnya tekanan darah sanggup dipengaruhi oleh aktivitas, asupan makanan, dan keadaan psikis.
Baca Juga : Pemeriksaan Fisik Jantung
Pemeriksaan tekanan darah bertujuan untuk menilai keadaan sistem kardiovaskular yang biasanya dilakukan bersamaan dengan investigasi denyut nadi. Alat yang dipakai dalam investigasi ini yaitu sphygmomanometer (tensi meter) dan sebuah stetoskop. Sphygmomanometer sendiri terdiri dari 3 jenis, yakni spygmomanometer mercury (air raksa), aneroid (jarum), dan elektronik. Dari ketiga jenis tensi meter tersebut, tensi meter air raksa yang sering dipakai alasannya hasil yang didapat lebih akurat.
Sphygmomanometer |
Selain itu, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam investigasi tekanan darah yaitu ukuran manset yang dipakai harus sesuai dengan usia. Perhatikan tabel dibawah ini terkait ukuran minimal manset untuk pengukuran tekanan darah:
Neonatus | 5 cm |
Anak > 5 Tahun | 12 cm |
Manset yang biasa tersedia | 23 cm |
Lengan normal yang tidak kurus | 35 cm |
Lengan yang berotot dan gemuk | 42 cm |
Artikel Penunjang : Pengertian, Prinsip, dan Metode Pemeriksaan Fisik Umum
Prosedur pemeriksaan:
- Mengatur posisi pasien dalam keadaan duduk/berbaring dengan lengan rileks, siku sedikit menekuk dan lengan pakaian diangkat hingga ke atas;
- Menempatkan tensimeter dengan membuka anutan air raksa, mengecek terusan pipa, dan meletakkan manometer vertikal;
- Memasang manset pada lengan atas, 3 cm di atas fossa cubitti. Pemasangan jangan terlalu ketat atau longgar;
- Carilah ateri brakialis, biasanya disebelah medial tendon bisep;
- Lakukan perabaan pada arteri brakilais dengan satu jari dan tangan yang lain melaksanakan pemompaan pada manset hingga kira-kira 30 mmHg di atas tekanan dikala arteri brakialis tidak teraba lagi;
- Turunkan tekanan manset secara perlahan, hingga denyutan arteri brakilais teraba kembali. Inilah yang disebut tekanan sistolik papatoir;
- Kemudian ambil stetoskop dalam keadaan corong bel terbuka diletakkan sempurna di arteri brakialis untuk memudahkan auskultasi;
- Pompa kembali manset hingga kurang lebih 30 mmHg di atas tekanan sistolik palpatoir;
- Secara perlahan turunkan tekanan manset dengan kecepatan 3-4 mmHg/detik. Dengar dan perhatikan denyut arteri brakialis mulai terdengar kembali. Catat hasil yang ditunjukkan oleh jarum pada sphygmomanometer.
Normal | <120/80 mmHg |
Prehipentensi | 120-139 mmHg/ 80-89 mmHg |
Hipertensi stadium 1 | 140-159 mmHg/ 90-99 mmHg |
Hipertensi stadium 2 | >160 mmHg/ >100 mmHg |
(2) Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan suatu gelombang tekanan yang timbul dan bergerak cepat pada arteri dipengaruhi oleh kerja jantung yang memompa darah ke seluruh badan melalu pembuluh darah arteri.
Frekuensi denyut nadi dalam satu menit sama dengan frekuensi denyut jantung dalam satu menit. Denyut nadi sanggup diperiksa dengan melaksanakan perabaan pada arteri radialis ataupun nadi perifer lain. Namun, lokasi tersering yang dipakai untuk investigasi denyut nadi yaitu pada arteri radialis.
Penilaian yang dilakukan dalam investigasi denyut nadi meliputi:
- Tegangan nadi , Tegangan biasanya berkaitan sengan tekanan darah. Tegangan nadi terdiri dari, (1) pulsus normal, (2) pulsus mollis/ tegangan nadi lunak, (3) pulsus durus/ tegangan nadi keras.
- Isi nadi, Interpretasi isi nadi sanggup berupa kecil ataupun besar. Hasil ini bergantung pada curah jantung dan keadaan pembuluh darah.
- Frekuensi, Frekuensi denyut nadi normal yaitu 60-100x/menit. Jika frekuensinya >100x/menit disebut takikardia, dan kalau frekuensinya <60x/menit disebut bradikardia. Tinggi rendahnya frekuensi denyut nadi sanggup dipengaruhi oleh beberapa faktor, ibarat usia, aktivitas, suhu tubuh, volume darah, keadaan psikis, posture tubuh, irama sirkadian, dan obat-obatan tertentu.
- Irama, Pada seseorang yang kondisi haemodinamiknya baik, biasanya irama yang diperoleh itu reguler (irama nadi teratur). Namun, pada seseorang dengan penyakit jantung aatau kondisi tententu akan diperoleh irama yang irregular (tidak teratur).
Prosedur pemeriksaan:
- Meletakkan tangan yang akan diperiksa dalam keadaan rileks;
- Meraba arteri radialis memakai 3 jari (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis);
- Menghitung frekuensi denyut nadi minimal selama 1 menit atau, kalau irama nadi kedua sisi tangan regular sanggup dihitung selama 15 detik. Hasil yang didapat kemudian dikalikan empat.
- Menilai irama dan isi nadi.
(3) Pernapasan
Bernapas merupakan suatu proses yang terdiri dari ide dan ekspirasi yang dbantu oleh otot-otot bantu pernapasan. Pemeriksaan pernapasan merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk menilai fungsi sistem pernapasan yang sanggup mencakup tipe, frekuensi, dan kedalaman pernapasan. Frekuensi bernapas normal yaitu 16-20x/menit. Jika frekuensi pernapasan diatas 20 x/menit maka disebut sebagai pernapasan cepat (takipnea) dan kalau frekuensinya kurang dari 16x/menit disebut sebgai pernapasan lambat (bradipnea). Sedangkan untuk evaluasi kedalaman pernapasan, pada orang normal akan didapatkan pernapasan yang tidak dalam dan juga tidak dangkal.
Baca juga : Pemeriksaan Fisik Paru-Paru
Prosedur pemeriksaan:
- Pasien diminta untuk melepaskan baju sanggup dalam keadaan duduk atau berbaring;
- Melakukan inspeksi atau pada punggung/dada dengan kedua tangan untuk menghitung gerakan pernapasan selama 1 menit;
- Menginterpretasikan hasil yang diperoleh.
Artikel Penunjang : Bunyi Pernapasan Normal dan Tambahan
(4) Suhu Tubuh
Pemeriksaan suhu badan bertujuan untuk menilai keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas oleh tubuh. Pemeriksaan suhu badan biasanya diperiksa memakai termometer, baik termometer air raksa maupun elektrik. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada mulut, lipatan ketiak (aksila), lipat paha, dan anus (rektum).
Termometer |
Pemeriksaan pada rektum memperlihatkan nilai yang lebih tinggi sebesar 0,4-0,5 derajat dan aksila biasanya lebih rendah dibanding investigasi lewat mulut. Lokasi investigasi tersering yaitu pada bab ketiak (aksila). Nilai suhu badan normal yaitu 36,6°C-37,2°C. Rentang suhu ini sanggup meningkat dan menurun dipengaruhi oleh perubahan cuaca.
Prosedur pemeriksaan:
Pemeriksaan Pada Mulut (Oral)
1. Kibaskan termometer hingga memperlihatkan suhu dibawah35,5°C;
2. Masukkan termometer dibawah pengecap pemeriksa;
3. Minta pasien menutup ekspresi dan tunggu 2-3 menit;
4. Kemudian keluarkan termometer dari ekspresi dan baca hasil.
Pemeriksaan Pada Rektum
Pemeriksaan suhu pada rektum sering dilakukan pada bayi atau remaja dengan renjatan. Prosedurnya meliputi:
1. Ambil termometr dengan ujung yang bulat, lumasi bab ujungnya;
2. Masukkan ujung yang telas diberi pelumas kedalam anus sedalam 3-4 cm;
3. Cabut dan lakukan pembacaan sesudah 3 menit.
Pemeriksaan Pada Ketiak
1. Kibaskan termometer hingga memperlihatkan suhu dibawah35,5°C;
2. Ujung termometer yang berisi air raksa ditempatkan pada apex fossa axilaris (puncak ketiak) dengan sendi pundak adduksi (mendekati sumbu tubuh);
3. Cabut dan lakukan pembacaan sesudah 3-5 menit.
Demikian pembahasan kali ini mengenai Pemeriksaan Vital Signs, dengan fokus bahasan mencakup pengertian, macam-macam investigasi vital signs, dan mekanisme pemeriksaannya. Semoga gosip yang kami sajikan bermanfaat.