Rambutan adalah tumbuhan tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-lerakan atau Sapindaceae, berasal dari tempat kepulauan di Asia Tenggara. Kata "rambutan" berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit mirip rambut.
Rambutan banyak terdapat di tempat tropis mirip Afrika, Kamboja, Karibia , Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri Lanka.
Pohon hijau awet, menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat Celsius), tinggi sanggup mencapai 8m namun biasanya tajuknya melebar sampai jari-jari 4m. Daun beragam menyirip dengan anak daun 5 sampai 9, berbentuk lingkaran telur, dengan variasi tergantung umur, posisi pada pohon, dan ras lokal.
Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh ketersediaan air. Sesudah masa berbuah selesai, pohon rambutan akan merona (flushing) menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini sangat terang teramati dengan warna pohon yang hijau muda sebab didominasi oleh daun muda. Pertumbuhan ini akan berhenti ketika ketersediaan air terbatas dan tumbuhan diberistirahat tumbuh.
Pembungaan dan bunga
Bunga bencong rambutan.
Tumbuhan ini menghasilkan bunga sehabis tujuh tahun jikalau ditanam dari biji, namun pada usia 2 tahun sudah sanggup berbunga jikalau diperbanyak secara vegetatif. Rambutan berumah dua, tetapi bersifat androdioecious, ada tumbuhan penghasil bunga jantan saja dan tumbuhan penghasil bunga banci. Tumbuhan jantan tidak pernah menghasilkan buah.
Pembungaan rambutan dipengaruhi oleh ekspresi dominan atau ketersediaan air. Masa kering tiga bulan menghentikan pertumbuhan vegetatif dan merangsang pembentukan bunga. Di tempat Sumatera pecahan utara, yang tidak mengenal ekspresi dominan kemarau rambutan sanggup menghasilkan buah dua kali dalam setahun. Di tempat lain, bunga muncul biasanya sehabis masa kering 3 bulan (di Jawa dan Kalimantan biasanya pada bulan Oktober dan November).
Bunga majemuk, tersusun dalam karangan, dengan ukuran satuan bunga berdiameter 5 mm atau bahkan lebih kecil. Bunga jantan tidak menghasilkan putik. Tumbuhan bencong yang gres berbunga biasanya menghasilkan bunga jantan, gres kemudian diikuti dengan bunga dengan alat betina (putik). Bunga bencong (hermafrodit) mempunyai benang sari yang fungsional dan mempunyai dua bakal buah, meskipun jikalau terjadi pembuahan spesialuntuk satu yang biasanya berkembang sampai matang, sementara yang lainnya tereduksi. Penyerbukan dilakukan oleh aneka macam jenis lebah, namun yang paling sering hadir yaitu Trigona, lebah kecil tanpa sengat berukuran sebesar lalat. Di aneka macam apiari, bunga rambutan juga menjadi sumber utama nektar bagi lebah peliharaan.
Buah Rambutan
Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang mempunyai "rambut" di pecahan luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, kemudian berangsur kuning sampai merah ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi "daging". Bagian buah yang dimakan, "daging buah", bergotong-royong yaitu salut biji atau aril, yang sanggup menempel besar lengan berkuasa pada kulit terluar biji atau lepas ("rambutan ace"/ngelotok).
Pohon dengan buah masak sangat menarikdanunik perhatian sebab biasanya rambutan sangat banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan musiman, buah masak pada bulan Desember sampai Maret, dikenal sebagai "musim rambutan". Masanya biasanya bersamaan dengan buah musiman lain, mirip durian dan mangga.
Varietas rambutan
Rambutan yang terbelah
Buah rambutan
Perbaikan varietas yang dilakukan di Indonesia dan sejumlah negara lain sampai ketika ini dilakukan oleh forum penelitian milik pemerintah. Di Indonesia, Balai Penelitian Buah Solok yang melaksanakan kiprah ini. Pola perbaikan yang diterapkan sampai ketika ini yaitu seleksi dari plasma nutfah yang tumbuh di aneka macam sentra keguakaragaman di Indonesia, terutama di Sumatera, Kalimantan, serta Jawa. Lembaga di Malaysia yang melaksanakan perbaikan kultivar yaitu MARDI.
Varietas unggul rambutan yang sudah dilepas Departemen Pertanian Republik Indonesia sampai 2005 adalah
1. 'Rapiah' dari Pasar minggu,
2. 'Bahrang' dari Langkat,
3. 'Lebak bulus' dari Pasar minggu,
4. 'Sibatuk Ganal' dari Sungai Andai, Kalimantan Selatan,
5. 'Nona' dari Kampar, Riau,
6. 'Binjai' dari Pasar minggu
7. 'Antalagi' dari Sungai Andai, Kalimantan Selatan,
8. 'Sibongkok' dari Sungai Luhut, Kalimantan Selatan,
9. 'Garuda' dari Sungai Andai, Kalimantan Selatan
10.'Tangkue Lebak' dari Kecamatan Maja, Banten,
11.'Narmada' dari NTB,
Selain itu, dikenal pula beberapa ras lokal yang juga dikenal baik untuk keperluan terntentu, mirip 'Sinyonya' dan 'Sitangkue' yang dianjurkan untuk dipakai sebagai batang bawah dalam okulasi.