-->

Sejarah Kerajaan Majapahit (Politik Ekonomi Sosial Budaya Dan Sumber Sejarah)

Sejarah Kerajaan Majapahit (Politik Ekonomi Sosial Budaya dan Sumber Sejarah) - Berbicara wacana Kerajaan Majapahit berarti berbicara tetang sebuah puncak kejayaan dari peradaban Hindu-Buddha yang pernah hidup di Indonesia. 

Kerajaan Majapahit disebut sebagai kerajaan nasional Indonesia yang ke dua. Hal tersebut disebabkan oleh upaya yang besar dari kerajaan ini untuk mewujudkan suatu impian yaitu penyatuan Nusantara. 

Dalam perjalanan Sejarah, upaya integrasi wilayah kepulauan Nusantara memang tidak sepenuhnya berlangsung dengan mulus dan dilakukakan dengan cara Ksatria. Peristiwa bubat yang disusul dengan perpecahan internal didalam badan majapahit sendiri menimbulkan impian penyatuan tidak sepenuhnya sanggup dilakukan. 

Meskipun demikian, pada amannya, Majapahit ialah kerajaan yang memiliki wibawa dan kekuatan yang besar, sehingga kerajaan lain harus berpikir ratusan kali untuk membelot atau memberontak terhadap kekuasaan yang ada.


Politik Ekonomi Sosial Budaya dan Sumber Sejarah Sejarah Kerajaan Majapahit (Politik Ekonomi Sosial Budaya dan Sumber Sejarah)
1) Raden Wijaya (1292–1309)
Kerajaan Majapahit lahir dalam suasana perubahan besar dalam waktu yang singkat. Pada tahun 1292 Kertguagara gugur oleh pengkhianatan Jayakatwang, Singasari hancur dan digantikan oleh Kediri. R. Wijaya terdesak oleh serangan tentara Jayakatwang di medan utara dan berhasil melarikan diri serta menerima donasi dari Kepala Desa Kudadu. 

Selanjutnya, ia berhasil menyeberang ke Madura minta perlindungan dan menolongan kepada Bupati Sumenep, Aria Wiraraja. Atas masukan dan jaminan Aria Wiraraja, R. Wijaya mengabdikan diri kepada Jayakatwang dan memperoleh tanah di Desa Tarik yang kemudian menjadi sentra Kerajaan Majapahit

Tentara Kubilai Khan sebanyak 200.000 orang dibawah pimpinan Shih Pie, Ike Mase, dan Kau Shing hadir untuk menghukum Kertguagara. R. Wijaya bergabung dengan tentara Cina dan mengadakan serangan ke Kediri karena Cina tidak mengetahui terjadinya perubahan kekuasaan di JawaTimur. 

Sesudah R. Wijaya dengan menolongan tentara Kubilai Khan berhasil mengalahkan Jayakatwang, ia menghantam tentara abnormal tersebut. Serangan mendadak yang tidak terkira sebelumnya, memaksa tentara Kubilai Khan meninggalkan Jawa Timur terburu-buru dengan sejumlah besar korban. Akhirnya, R. Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana (1292–1307).

Untuk menjaga ketenteraman kerajaan maka R. Wijaya mengadakan konsolidasi dan mengatur pemerintahan. Orang-orang yang pernah berjasa dalam usaha didiberi kedudukan dalam pemerintahan. Misalnya, Aria Wiraraja didiberi embel-embel wilayah di Lumajang sampai dengan Blambangan, Desa Kudadu dijadikan desa perdikan (bebas pajak dan mengatur wilayahnya sendiri). Demikian juga mitra seperjuangannya yang lain, didiberi kedudukan, ada yang dijadikan menteri, kepala wilayah dan sebagainya.

Untuk memperkuat kedudukannya, kempat putri Kertguagara dijadikan istrinya, yakni Dewi Tribhuanaeswari, Dewi Narendraduhita, Dewi Prajnaparamita dan Dewi Gayatri. Tidak usang kemudian tentara Singasari yang ikut Ekspedisi Pamalayu di bawah pimpinan Kebo Anabrang kembali membawa dua putri boyongan, yakni Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Petak diambil istri oleh R. Wijaya, sedangan Dara Jingga kawin dengan keluarga raja yang memiliki anak bernama Adityawarman. Dialah yang kelak menjadi raja di Kerajaan Malayu (Minangkabau).

Demikianlah usaha-usaha yang dilakukan oleh R. Wijaya dalam upaya mengatur dan memperkuat kekuasaan pada masa awal Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1309 R. Wijaya meninggal dunia dan didharmakan di Candi Simping (Sumberjati, Blitar) dalam perwujudan Harihara (Siwa dan Wisnu dalam satu arca).

2) Jayguagera (1309–1328).
R. Wijaya kemudian digantikan oleh putranya Kalagemet dengan gelar Jayguagara (1309–1328), putra R. Wijaya dengan Dara Petak. Pada masa ini timbul kekacauan di Majapahit lantaran pemerintahan Jayguagara yang kurang berbobot dan adanya rasa tidak puas dari pejuang-pejuang Majapahit semasa pemerintahan R. Wijaya. Kekacauan di Majapahit itu berupa pemberontakan yang dapat membahayakan negara, menyerupai diberikut.

a) Pemberontakan Rangga Lawe (1309) yang berkedudukan di Tuban tidak puas lantaran ia mengharapkan sanggup menjadi patih di Majapahit, sedangkan yang diangkat yakni Nambi.
b) Pemberontakan Lembu Sora (1311) lantaran hasutan Mahapati yang ialah musuh dalam selimut Jayguagara.
c) Pemberontakan Nambi (1316) lantaran ambisi ayahnya Aria Wiraraja agar Nambi menjadi raja. Semua pemberontakan tersebut dapat dipadamkan.
d) Pemberontakan Kuti (1319) ialah pemberontakan yang paling membahayakan lantaran Kuti sanggup menduduki istana kerajaan dan Jayguagara terpaksa menyingkir ke Bedander. 

Namun, pasukan Bayangkari kerajaan di bawah pimpinan Gajah Mada berhasil merebut kembali istana. Jayguagara sanggup kembali ke istana lagi dan berkuasa hingga tahun 1328. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Gajah Mada kemudian diangkat menjadi patih di Kahuripan dan kemudian di Daha.

3) Tribhuanatunggadewi (1328–1350)
Pada tahun 1328 Jayguagara wafat. Ia tidak memiliki putra sehingga takhta kerajaan diserahkan kepada Gayatri. Oleh lantaran Gayatri sudah menjadi bhiksuni maka yang tampil yakni putrinya, Bhre Kahuripan yang bertindak sebagai wali ibunya. Bhre Kahuripan bergelar Tribhuanatunggadewi.

Pemerintahan Tribhuanatunggadewi masih dirongrong pemberontakan, yakni pemberontakan Sadeng dan Keta. Namun, pemberontakan tersebut berhasil dihancurkan oleh Gajah Mada. Sebagai tanda penghargaan, pada tahun 1333 Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Majapahit menggantikan Arya Tadah yang sudah tua. Pada waktu penobatannya, Gajah Mada mengucapkan "Sumpah Palapa" (Tan Amukti Palapa). Isinya, Gajah Mada bersumpah tidak akan makan enak (palapa) sebelum seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Dalam usaha menyatukan seluruh Nusantara, Gajah Mada dimenolong oleh Empuu Nala dan Adiytawarman. Mula-mula mereka menaklukkan Bali (1334). Selanjutnya, satu per satu kerajaan-kerajaan di Nusantara berhasil dipersatukan.

4) Hayam Wuruk (1350–1389)
Pada tahun 1350 Gayatri wafat sehingga Tribhuanatunggadewi turun takhta dan digantikan oleh putranya, yakni Hayam Wuruk dengan gelar Rajasguagara. Pada masa pemerintahannya bersama Patih Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mencapai masa kejayaannya. Pemerintahan terealisasi secara teratur, baik di tingkat sentra (ibu kota), tingkat menengah (vasal), dan tingkat desa. Sistem pemerintahan daerah (tingkat menengah dan desa) tidak berubah, sedangkan di tingkat pusat diatur sebagai diberikut:

a) Dewan Saptap Prabu, ialah penasihat raja yang terdiri atas kerabat keraton dengan jabatan rakryan i hino, rakryan i halu, dan rakryan i sirikan.
b) Dewan Pancaring Wilwatikta, ialah forum pelaksana pemerintahan (lembaga eksekutif) semacam dewan menteri yang terdiri atas rakryan mahapatih, rakryan tumenggung, rakryan demung, rakryan rangga, dan rakryan kanuruhan.
c) Dewan Nayapati (lembaga yudikatif) yang mengurusi peradilan.
d) Dharmadyaksa, forum yang mengurusi keagamaan terdiri atas Dharmadyaksa ring Kasaiwan untuk agama Hindu dan Dharmadyaksa ring Kasogatan untuk agama Buddha.

melaluiataubersamaini demikian, pada masa Majapahit penganut agama Hindu dan Buddha sanggup hidup berdampingan, rukun dan damai. Bhineka tunggal ika tan hana dharmamangrawa inilah semboyan rakyat Majapahit dalam membuat persatuan dan kesatuan sehingga muncul sebagai kerajaan besar di Nusantara.

Di tingkat tengah terdapat pemerintah tempat yang dikepalai oleh seorang raja kecil atau bupati. Mereka sanggup mengatur wilayahnya secara otonom, tetapi setiap tahun berkewajiban hadir ke ibu kota sebagai tanda tetap setia dan tunduk kepada pemerintah sentra Majapahit. Daerah-daerah demikian disebut mancguagara yang berarti negara (daerah) di luar daerah inti kerajaan. 

Jadi, untuk mengikat hubungan maka setiap tahun daerah taklukan harus mengirim upeti ke Majapahit. Di samping itu juga ada petugas Majapahit yang berkeliling ke daerah-daerah untuk melihat kedaan rakyatnya. Untuk memantau ketertiban dan keamanan dikirimlah duta nitiyasa (petugas sandi) ke seluruh Nusantara

Di tingkat bawah, terdapat pemerintahan desa yang dikepalai oleh seorang kepala desa. Pemerintahan dilakukan berdasarkan aturan adat desa itu sendiri. Struktur pemerintahan desa masih orisinil dan kepala desa dipilih secara demokratis.

melaluiataubersamaini kondisi pemerintahan yang stabil dan keamanan yang mantap, Sumpah Palapa Gajah Mada sanggup diwujudkan. Satu per satu wilayah Nusantara sanggup menyatu dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Dalam kitab Negarakrtagama secara terang disebutkan daerah-daearah yang masuk wilayah kekuasaan Majapahit ialah Jawa, Sumatra, Tanjungpura (Kalimantan), Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua, Semenanjung Malaka, dan daerah-daerah pulau di sekitarnya.

Majapahit juga menjalin hubungan baik dengan negara-negara yang jauh, seperi Siam, Champa dan Cina. Negara-negara tersebut dianggap sebagai mitreka satata (negara teman erat yang berkedudukan sama).

Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389 dan digantikan oleh putrinya Dyah Kusumawardhani yang didampingi oleh suaminya Wikramawardhana (1389–1429). Hayam Wuruk dengan isteri selir memiliki anak Bhre Wirabhumi yang sudah didiberi kekuasaan sebagai penguasa tempat (bupati) di Blambangan. Akan tetapi, Bhre Wirabumi menuntut takhta Majapahit sehingga menimbulkan perang saudara (Perang Peregreg) tahun1401–1406. Pada hasilnya Bhre Wirabhumi kalah dan perang saudara tersebut mengakibatkan lemahnya kekuasaan Majapahit.

Sesudah Wikramawardhana meninggal (1429) takhtanya digantikan oleh Suhita yang memerintah hingga 1447. Sampai dengan selesai era ke-15 masih ada raja-raja yang memerintah sebagai keturunan Majapahit , namun sudah suram lantaran tidak ada persatuan dan kesatuan sehingga daerah-daerah jajahan satu demi satu melepaskan diri. Para bupati di pantai utara Jawa, seperi Demak, Gresik, dan Tuban sudah menganut agama Islam sehingga satu per satu memisahkan diri dari Majapahit. 

Demikian juga tempat di luar Jawa mulai berani tidak mengirim upeti ke Majapahit hingga dengan Majapahit mengalami kemunduran dan hasilnya rutuh. melaluiataubersamaini demikian, faktor yang menimbulkan kemunduran Majapahit kalu disimpulkan, antara lain sebagai diberikut.

a) Tidak ada lagi tokoh-tokoh yang berpengaruh di sentra pemerintahan yang dapat mempertahankan kesatuan wilayah sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk.
b) Terjadinya perang saudara (Paregreg).
c) Banyak daerah-daerah jajahan yang melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
d) Masuk dan berkembangnya agama Islam.

Sesudah mengalami kemunduran, hasilnya Majapahit runtuh. Dalam hal ini ada dua pendapat:

a) Tahun 1478, yakni adanya serangan Girindrawardana dari Kediri. 
Peristiwa tersebut didiberi candrasengkala "hilang sirnakertaning bhumi" yang berarti tahun 1400 Saka/1478 M.

b) Tahun 1526, yakni adanya serangan tentara dari Demak di bawah pimpinan Raden Patah. Serangan Demak ini menandai berakhirnya kekuasaan Hindu di Jawa.

DINASTI RAJASA (DINASTI GIRINDRA)

Politik Ekonomi Sosial Budaya dan Sumber Sejarah Sejarah Kerajaan Majapahit (Politik Ekonomi Sosial Budaya dan Sumber Sejarah)

Pemberontakan Kuti ialah pemberontakan yang paling berbahaya lantaran Kuti berhasil menduduki ibu kota Majapahit, sehingga raja Jayguagara terpaksa melarikan diri ke tempat Badandea. Jayguagara diselamatkan oleh pasukan Bhayangkari di bawah pimpinan Gajah Mada. Berkat ketangkasan dan siasat jitu dari Gajah Mada, pemberontakan Kuti berhasil ditumpas. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih di Kahuripan pada tahun 1321 M dan Patih di Daha (Kediri).

Pada tahun 1328, Jayguagara tewas dibunuh oleh Tabib Israna Ratanca, ia didharmakan di dalam pura di Sila Petak dan Bubat. Jayguagara tidak memiliki putra, maka takhta kerajaan digantikan oleh adik perempuannya yang berjulukan Tribhuanatunggadewi. Ia dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Tribhuanatunggadewi Jaya Wisnu Wardhani. 

Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Pemberontakan ini sanggup dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai penghargaan atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih di Majapahit oleh Tribhuanatunggadewi.

Di hadapan raja dan para pembesar Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang populer dengan nama Sumpah Palapa. Isi sumpahnya, ia tidak akan Amukti Palapa sebelum ia sanggup menundukkan Nusantara, yaitu Gurun, Seran, Panjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.

Dalam rangka mewujudkan cita-citanya, Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1334, kemudian Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Sumatera, dan beberapa tempat di Semenanjung Malaka. Seperti yang tercantum dalam kitab Negarakertagama, wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit sangat luas, yakni meliputi tempat hampir seluas wilayah Republik Indonesia sekarang. 

Tribhuanatunggadewi memerintah selama dua puluh dua tahun. Pada tahun 1350, ia mengundurkan diri dari pemerintahan dan digantikan oleh putranya yang berjulukan Hayam Wuruk. Pada tahun 1350 M, putra mahkota Hayam Wuruk dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Sri Rajasanagara dan ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada.

Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Nusantara. Pada dikala itulah impian Gajah Mada dengan Sumpah Palapa berhasil diwujudkan. Usaha Gajah Mada dalam melaksanakan politiknya, berakhir pada tahun 1357 dengan terjadinya insiden di Bubat, yaitu perang antara Pajajaran dengan Majapahit. Pada waktu itu, Hayam Wuruk bermaksud untuk berkeluargai putri Dyah Pitaloka. 

Sebelum putri Dyah Pitaloka dan ayahnya beserta para pembesar Kerajaan Pajajaran hingga di Majapahit, mereka diberistirahat di lapangan Bubat. Di sana terjadi perselisihan antara Gajah Mada yang menghendaki biar putri itu dipersembahkan oleh raja Pajajaran kepada raja Majapahit.

Para pembesar Kerajaan Pajajaran tidak setuju, hasilnya terjadilah peperangan di Bubat yang menimbulkan tiruana rombongan Kerajaan Pajajaran gugur. Pada tahun 1364 M, Gajah Mada meninggal dunia. Hal itu ialah kehilangan yang sangat besar bagi Majapahit. Kemudian pada tahun 1389 Raja Hayam Wuruk meninggal dunia. Hal ini menjadi salah satu penyebab surutnya kebemasukan Kerajaan Majapahit di samping terjadinya perperihalan yang bermetamorfosis perang saudara.

Sesudah Hayam Wuruk meninggal, takhta Kerajaan Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana. Ia yakni menantu Hayam Wuruk yang berkeluarga dengan putrinya yang berjulukan Kusumawardhani. Ia memerintah Kerajaan Majapahit selama dua belas tahun.

Pada tahun 1401 mulai timbul persengketaan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi. Bhre Wirabhumi yakni anak Hayam Wuruk dari istri selirnya. Kemudian meletuslah perang saudara, yang dikenal dengan nama Perang Paregreg, yang berhasil dimenangkan oleh Wikramawardhana. Tetapi, perperihalan antarkeluarga ini belum reda dan menimbulkan perasaan balas dendam.

Pada tahun 1429 M, Wikramawardhana meninggal dunia. Selanjutnya raja-raja yang memerintah Majapahit setelah Wikramawardhana adalah:

a. Suhita (1429 M 1447 M), putri Wikramawardhana;
b. Kertawijaya (1448 M 1451 M), adik Suhita;
c. Sri Rajasawardhana (1451 M 1453 M);
d. Girindrawardhana (1456 M 1466 M), anak dari Kertawijaya;
e. Sri Singhawikramawardhana (1466 M 1474 M);
f. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.

Raja Majapahit yang terakhir ialah Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1400 Saka (1478 M) dijelaskan dalam Chandra Sengkala yang berbunyi, “Sirna ilang Kertaning-Bhumi” dengan adanya insiden perang saudara antara Dyah Ranawijaya dengan Bhre Kahuripan. Selain itu, keruntuhan Majapahit disebabkan lantaran serangan dari Kerajaan Islam Demak.

Antara tahun 1518 dan 1521, kekuasaan Kerajaan Majapahit sudah beralih dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus penguasa dari Demak. Demikianlah riwayat dari Kerajaan Majapahit yang ialah suatu kerajaan besar di Nusantara.


Di bidang ekonomi, Hayam Wuruk menaruh perhatian pada pertanian dan perdagangan dengan menjadikan Tuban sebagai salah satu sentra perdagangan Majapahit. Berdasarkan diberita Cina berjulukan Wng Ta-Yuan yang menggambarkan pulau Jawa yang padat penduduknya, tanahnya rindang dan banyak menghasilkan padi, lada, garam, kain, dan burung kakatua yang tiruananya ialah barang ekspor. Hayam Wuruk berusaha untuk menyejahterakan rakyatnya dengan membuat susukan pengairan, pembuatan bendungan, dan pembukaan tanah gres untuk perladangan.


Kehidupan sosial masa Majapahit aman, damai, dan tenteram. Dalam kitab Negarakrtagama disebutkan bahwa Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling ke daerah-daerah untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya. Perlindungan terhadap rakyat sangat diperhatikan. Demikian juga peradilan, dilaksanakan secara ketat; siapa yang bersalah dieksekusi tanpa pandang bulu.

Dalam kondisi kehidupan yang kondusif dan teratur maka suatu masyarakat akan bisa menghasilkan karya-karya budaya yang berkarakter tinggi. Hasil budaya Majapahit sanggup dibedakan sebagai diberikut.

1) Candi
Banyak candi peninggalan Majapahit, menyerupai Candi Penataran (di Blitar), Candi Brahu, Candi Bentar (Waringin Lawang), Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, dan bangunan-bangunan kuno lainnya, seperti Segaran dan Makam Troloyo (di Trowulan).

2) Kesusanteran
Zaman Majapahit bidang sastra sangat berkembang. Hasil sastranya dapat dibagi menjadi zaman Majapahit Awal dan Majapahit Akhir.

a) Sastra Zaman Majapahit Awal

(1) Kitab Negarakrtagama, karangan Empu Prapanca. Isinya perihal keadaan kota Majapahit, daerah-daearah jajahan, dan perjalananan Hayam Wuruk keliling ke daerah-daerah.
(2) Kitab Sotasoma, karangan Empu Tantular. Di dalam kitab ini terdapat ungkapan yang berbuny "Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrawa" yang kemudian digunakan sebagai motto negara kita.
(3) Kitab Arjunawijaya karangan EmpuTantular. Isinya perihal raksasa yang dikalahkan oleh Arjuna Sasrabahu.

(4) Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya.

b) Sastra Zaman Akhir Majapahit

(1) Kitab Pararaton, isinya menceritakan riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit.
(2) Kitab Sudayana, isinya wacana Peristiwa Bubat.
(3) Kitab Sorandakan, isinya wacana pemberontakan Sora.
(4) Kitab Ranggalawe, isinya wacana pemberontakan Ranggalawe.
(5) Kitab Panjiwijayakrama, isinya riwayat R.Wijaya sampai dengan menjadi Raja Majapahit.
(6) Kitab Usana Jawa, isinya wacana penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar.
(7) Kitab Tantu Panggelaran, wacana pemindahan pegunungan Mahameru ke Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa.

d. Kehidupan Hukum Kerajaan Majapahit

Majapahit di masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, sudah diciptakan hukum/perundangan-undangan Majapahit. Kitab hukum/perundangan-undangan Majapahit ini disebut Kutaramanawa yang termuat dalam dua piagam, yakni Piagam Bendasari (tidak bertarihk) dan Piagam Trowulan (bertarihk 1358). 

Kitab Kutaramanawa terdiri atas 275 pasal, namun dalam terjemahannya spesialuntuk disajikan 272 pasal lantaran satu pasal rusak dan yang dua lainnya ialah ulangan pasal yang sejenis. Kitab perundang-undangan ini meliputi aturan pidana dan perdata dan disusun dalam 20 (dua puluh ) bab. Sebagai pola sanggup dikemukakan terkena bab dan isinya, antara lain sebagai diberikut.

Bab I : ketentuan umum terkena denda.
Bab II : delapan macam pembunuhan (astadusta).
Bab III : perlakukan terhadap rakyat (kawula).
Bab IV : delapan macam pencurian (astacorah).
Bab V : paksaan (sahasa).
Bab VI : jJual beli (adol-atuku).
Bab VII : gadai (sanda).
Bab XI : perkawinan (kawarangan).
Bab XIII : warisan (drewe kaliliran).
Bab XVIII : wanah (bhumi).
Bab XX : fitnah (duwilatek).

Proses pengadilan, tiruana keputusan dalam pengadilan diambil atas nama raja yang disebut Sang Amawabhumi, artinya orang yang mempunyai/menguasai negara. Dalam soal pengadilan, raja dimenolong oleh dua orang dharmadhyaksa, yakni Dharmadhyaksa ring Kasaiwan dan Dharmadhyaksa ring Kasogatan, yakni kepala agama Siwa dan kepala agama Buddha. Kedudukan dharmadhyaksa sama dengan hakim tinggi. Mereka dimenolong oleh lima upapatti (pemmenolong).

e. Sumber Sejarah (Prasasti) Kerajaan Majapahit

Prasasti yakni bukti sumber tertulis yang sangat penting dari masa kemudian yang isinya antara lain terkena kehidupan masyarakat contohnya wacana manajemen dan birokrasi pemerintahan, kehidupan ekonomi, pelaksanaan aturan dan keadilan, sistem pertolongan bekerja, perdagangan, agama, kesenian, maupun adat istiadat.

Seperti juga isi prasasti pada umumnya, prasasti dari masa Majapahit lebih banyak meliputi wacana ketentuan suatu tempat menjadi tempat perdikan atau sima. Meskipun demikian, banyak hal yang menarikdanunik untuk diungkapkan di sini, antara lain, yaitu:

Prasasti Kudadu (1294 M)
Mengenai pengalaman Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit yang sudah ditolong oleh Rama Kudadu dari kejaran balatentara Yayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar Krtajaya Jayawardhana Anantawikramottunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepala desanya (Rama) didiberi hadiah tanah sima.

Prasasti Sukamerta (1296 M) dan Prasasti Balawi (1305 M)
Mengenai Raden Wijaya yang sudah memperisteri keempat putri Kertguagara yaitu Sri Paduka Parameswari Dyah Sri Tribhuwguaswari, Sri Paduka Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Paduka Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Paduka Rajapadni Dyah Dewi Gayatri, serta sebut anaknya dari permaisuri berjulukan Sri Jayguagara yang dijadikan raja muda di Daha.

Prasasti Waringin Pitu (1447 M)
Mengungkapkan bentuk pemerintahan dan sistem birokrasi Kerajaan Majapahit yang terdiri dari 14 kerajaan bawahan yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre, yaitu Bhre Daha,  Bhre Kahuripan,  Bhre Pajang, Bhre Wengker, Bhre Wirabumi, Bhre Matahun, Bhre Tumapel,  Bhre Jagaraga,  Bhre Tanjungpura, Bhre Kembang Jenar, Bhre Kabalan, Bhre Singhapura, Bhre Keling, dan Bhre Kelinggapura.

Prasasti Canggu (1358 M)
Mengenai pengaturan tempat-tempat penyeberangan di Bengawan Solo.
Prasasti Biluluk (1366 M0, Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M).
Menyebutkan wacana pengaturan sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam dan ketentuan pajaknya.

Prasasti Karang Bogem (1387 M)
Menyebutkan wacana pembukaan tempat perikanan di Karang Bogem.
Prasasti Marahi Manuk (tt) dan Prasasti Parung (tt)
Mengenai sengketa tanah, persengketaan ini diputuskan oleh pejabat kehakiman yang menguasai kitab-kitab aturan adat setempat.

Prasasti Katiden I (1392 M)
Menyebutkan wacana pembebasan tempat bagi penduduk desa Katiden yang meliputi 11 wilayah desa. Pembebasan pajak ini lantaran mereka memiliki kiprah berat, yaitu menjaga dan memelihara hutan alang-alang di tempat Gunung Lejar.

Prasasti Alasantan (939 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 6 September 939 M, Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama memerintahkan biar tanah di Alasantan dijadikan sima milik Rakryan Kabayan.

Prasasti Kamban (941 M)
Meyebutkan bahwa apada tanggal 19 Maret 941 M, Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikrama Dyah Matanggadewa meresmikan desa Kamban menjadi tempat perdikan.

Prasasti Hara-hara (Trowulan VI) (966 M).
Menyebutkan bahwa pada tanggal 12 Agustus 966 M, mpu Mano menyerahkan tanah yang menjadi haknya secara turun temurun kepada Mpungku Susuk Pager dan Mpungku Nairanjana untuk dipergunakan membiayai sebuah rumah doa (Kuti).

Prasasti Wurare (1289 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 21 September 1289 Sri Jnamasiwabajra, raja yang berhasil mempersatukan Janggala dan Panjalu, menasbihkan arca Mahaksobhya di Wurare. Gelar raja itu ialah Krtanagara setelah ditasbihkan sebagai Jina (dhyani Buddha).

Prasasti Maribong (Trowulan II) (1264 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 28 Agustus 1264 M Wisnuwardhana memdiberi tanda pemdiberian hak perdikan bagi desa Maribong.

Prasasti Canggu (Trowulan I)
Mengenai aturan dan ketentuan kedudukan aturan desa-desa di tepi sungai Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyeberangan. Desa-desa itu didiberi kedudukan perdikan dan bebas dari kewajiban membayar pajak, tetapi diwajibkan memdiberi semacam sumbangan untuk kepentingan upacara keagamaan dan diatur oleh Panji Margabhaya Ki Ajaran Rata, penguasa tempat penyeberangan di Canggu, dan Panji Angrak saji Ki Ajaran Ragi, penguasa tempat penyeberangan di Terung.

Demikianlah Materi Sejarah Kerajaan Majapahit (Politik Ekonomi Sosial Budaya dan Sumber Sejarah), semoga bermanfaa.
LihatTutupKomentar