-->

Pendidikan Huruf Bangsa

Istilah dari pendidikan karakter mungkin tidak terasa aneh bagi kita alasannya kedua kata tersebut begitu sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari yaitu pendidikan dan karakter. Muncul impian gres ketika kedua kata tersebut disatukan yaitu impian untuk terbangunnya suasana serta semangat gres di dalam kehidupan berbangsa.

Indonesia kini ini berada dalam konteks membutuhkan seorang pemimpin yang bisa membawa perubahan. Banyak sekali duduk masalah yang dihadapai bangsa Indonesia, diantaranya KKN, kemiskinan, kesenjangan ekonomi, keadilan umum dan duduk masalah integritas. Sebagai seorang pemimpin harus bisa membawa aspirasi, mempunyai pengalaman, dan mau memahami. Tidak hanya intelektual saja yang diharapkan oleh seorang pemimpin, tetapi juga karakternya,emosinya dan disparingin. Pemimpin merupakan simbol, simbo harapan, simbol orang dan simbol kekuatan.

Pemimpin harus benar-benar teruji baik secara moral dan karakter. Dalam konteks pendidikan karakter, diharapkan adanya pendekatan holistik (long life education/pendidikan insan seutuhnya seumur hidup. Jika pendidikan hanya mementingkan aspek kognitif saja, maka akan melahirkan lulusan yang mempunyai ketimpangan kepribadian (personality imbalance). Mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan baik tapi ringkih dalam karakter, moralitas, korelasi sosial dan integritas. Ini menjadi penyebab lahirnya fenomena krisis moral dan tanggung jawab.

Wacana pendidikan huruf sangat sempurna mengingat kini ini masyarakat sedang mengalami kelesuan dalam memikirkan masalah dalam pendidikan dan semua hal yang terkait dengan huruf bangsa. Kelesuan yang terus terjadi menyerupai bola salju yang terus bergulir menciptakan masyarakat menjadi pesimistis dan kehilangan arah. Masyarakat beranggapan bahwa huruf bangsa tengah berada pada titik nadir yang sangat memprihatinkan sehingga mereka berasumsi bahwa, masalah yang harus pertama kali dibenahi ialah masalah pendidikan. Hal ini menjadi masuk akal ketika melihat dunia pendidikan di Indonesia terkesan hanya berjalan di tempat.

Para pejabat negara yang intinya ialah orang-orang yang terdidik banyak yang tersandung masalah korupsi. Ini mengindikasikan bahwa kepribadian bangsa sudah mulai retak. Para pejabat dan anggota dewan sudah berhasil menawarkan teladan yang tidak baik dengan mempertontonkan agresi sabung jotos di depan ruang sidang.

Sangat sempurna sekali apabila kebijakan nasional terkait dengan pendidikan huruf bangsa digulirkan di dikala realitas bangsa sudah semakin runyam. Masyarakat akan selalu mendukung dengan jadwal besar yang sudah disusun dalam tiga tahapan (2010-2014, 2015-2019, 2020-2025), kalau jadwal tersebut sungguh-sungguh dibarengi dengan langkah besar dan komitmen yang nyata. Namun, kekecewaan masyarakat bisa saja menjadi semakin besar terhadap pemerintah apabila jadwal besar tersebut tidak diikuti dengan langkah-langkah positif dan nantinya akan berakhir hanya sebatas jadwal saja.

Beberapa hal yang perlu dipikirkan untuk membentuk huruf bangsa, diantaranya:

1. Lebih mengedepankan figur dan teladan daripada slogan

Sosok-sosok yang mempunyai perilaku disiplin, jujur, bertanggung jawab dan pekerja keras sangat ditunggu oleh masyarakat. Sosok ini akan dikenal sebagai eksklusif yang mempunyai pengabdian dan pekerja keras, bukan hanya sekedar kata dan akad saja.

2. Memprioritaskan praktik bukan teori

Mengandung arti bahwa jujur ialah pekerjaan, bukan sekedar perkataan. Sikap jujur harus benar-benar sanggup diimplementasikan dalam suasana kerja.

3. Berpijak terhadap hal yang realistis dan tidak membumbung

Masyarakat tidak membutuhkan kalimat-kalimat yang sulit dicapai tetapi kalimat sederhana yang dikeluarkan oleh orang jujur dan bisa dipercaya.
LihatTutupKomentar