-->

Penjelasan Jaringan Arif Balig Cukup Akal Tumbuhan (Pelindung, Parenkim, Mekanik, Pengangkut)

Penjelasan Jaenteng Dewasa Tumbuhan - Pada materi sebelumnya sudah disebutkan bahwa jaenteng remaja ialah jaenteng yang sel-selnya sudah tidak membelah, tetapi sudah mengalami diferensiasi dan spesialisasi fungsi dari sel-sel hasil pembelahan meristem. 

Diferensiasi ini ialah proses perubahan jaenteng meristem menjadi jaenteng-jaenteng lain yang lebih kompleks. Jaenteng remaja meliputi jaenteng pelindung (epidermis dan jaenteng gabus), jaenteng dasar (parenkim), jaenteng penguat (kolenkim dan sklerenkim), dan jaenteng pengangkut (xilem dan floem).

A. Jaenteng Pelindung


Tumbuh-tumbuhan memerlukan proteksi dari tiruana dampak luar yang merugikan pertumbuhannya, misalnya belum sempurnanya air, kerusakan mekanis, suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah, kehilangan zat-zat makanan, serta proteksi terhadap serangan penyakit dan hama. Jaenteng pelindung pada flora berupa jaenteng epidermis dan jaenteng gabus.


1) Jaenteng Epidermis
Jaenteng epidermis ialah jaenteng terluar flora yang berasal dari jaenteng protoderma dan menutupi seluruh badan tumbuhan. Jaenteng epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel yang masih hidup dan terletak pada permukaan luar organ tumbuhan. Bentuk selnya bermacam-macam dan susunannya rapat sehingga tidak terdapat ruang-ruang antarsel (non intercellular spaces). 

 Pada materi sebelumnya sudah disebutkan bahwa jaenteng remaja ialah jaenteng yang sel Penjelasan Jaenteng Dewasa Tumbuhan (Pelindung, Parenkim, Mekanik, Pengangkut)Vakuolanya yang besar terdapat di bab tengah, meliputi cairan sel yang berwarna (antosianin) atau sanggup pula tidak berwarna. Jaenteng epidermis selain berfungsi sebagai jaenteng pelindung juga berfungsi sebagai kawasan pertukaran zat. Epidermis terdapat pada batang, akar, dan daun.

Epidermis pada permukaan daun dan batang biasanya dilapisi semacam zat lemak yang disebut kutikula, contohnya pada daun nangka. Sementara itu, pada daun pisang dan daun keladi, epidermisnya membentuk lapisan lilin yang kedap air. Sebagian sel-sel epidermis sanggup berkembang menjadi alat-alat aksesori lain yang disebut derivat epidermis, contohnya stomata dan trikomata.

a) Stomata (Mulut Daun)
Stomata ialah derivat jaenteng epidermis pada daun. Stomata berupa lubang-lubang yang masing-masing dibatasi oleh sel penutup, yaitu sel-sel epidermis yang sudah mengalami perubahan bentuk dan fungsi. Stomata berfungsi untuk pertukaran gas. 

Adapun bagian-bagian stomata sebagai diberikut.

(1) Sel Penutup (Guard Cell)
Sel epilog disebut juga sel penjaga. Sel epilog terdiri dari sepasang sel yang kelihatannya simetris dan umumnya berbentuk ginjal. Sel-sel epilog ialah sel-sel aktif (hidup). Pada sel-sel epilog terdapat kloroplas.

(2) Celah (Aperture = porus)
Di antara kedua sel epilog terdapat celah (porus) yang berupa lubang kecil. Sel epilog sanggup mengatur menutup atau membukanya porus berdasarkan perubahan osmosisnya.

(3) Sel Tetangga (Subsidiary Cell)
Sel tetangga ialah sel-sel yang berdampingan atau yang berada di sekitar sel-sel penutup. Sel-sel tetangga sanggup terdiri dari dua buah atau lebih yang secara khusus melangsungkan fungsinya secara berasosiasi dengan sel-sel penutup.

 Pada materi sebelumnya sudah disebutkan bahwa jaenteng remaja ialah jaenteng yang sel Penjelasan Jaenteng Dewasa Tumbuhan (Pelindung, Parenkim, Mekanik, Pengangkut)(4) Ruang Udara Dalam (Substomata Chamber)
Ruang udara ialah suatu ruang antarsel yang besar dan berfungsi ganda dalam fotosintesis, transpirasi, dan juga respirasi. Keadaan keempat bab tersebut tidak sama pada ketika stomata terbuka dan tertutup. 

Perhatikan Gambar disamping.

Berdasarkan letak sel penutupnya, stomata sanggup dibedakan menjadi dua macam sebagai diberikut.

(1) Stomata fguarofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya terletak pada permukaan daun (menonjol) sehingga megampangkan pengeluaran air, contohnya pada flora hidrofit.
(2) Stomata kriptofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya berada jauh di bawah permukaan daun (tersembunyi), fungsinya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. contohnya pada flora xerofit.

b) Trikomata
Trikomata ialah derivat epidermis yang membentuk struktur bermacam-macam menyerupai rambut, sisik, rambut kelenjar, tonjolan, dan lain-lain. Trikomata terdapat hampir pada tiruana organ tumbuhan. Terkadang trikomata berbentuk pendek yang tampak berupa penonjolan-penonjolan (seperti bukit-bukit kecil) pada permukaan epidermis. 

Papilla ialah alat sekresi yang mengeluarkan semacam lendir. Papilla yang tidak mengeluarkan sejenis lendir, tetapi spesialuntuk mengeluarkan air disebut papullae

Trikomata mempunyai fungsi sebagai diberikut.

(1) Memperbesar fungsi epidermis sebagai jaenteng pelindung terutama mencegah penguapan yang berlebihan. Misalnya trikomata pada daun, tulang daun, dan batang.
(2) Sebagai alat pengisap air dan garam-garam tanah, contohnya bulu akar.
(3) Memmenolong penyebaran biji dan memungkinkan biji-biji itu tumbuh.
(4) Melindungi flora dari gangguan luar. Misalnya rambut-rambut penyengat (pneumatokist).
(5) Sebagai alat penerus rangsang yang hadir dari luar. Misalnya trikomata pada daun tembikar.
(6) Sebagai alat sekresi.

Berdasarkan ada tidaknya fungsi sekret, trikomata sanggup dibedakan menjadi dua sebagai diberikut.

(1) Trikomata yang tidak menghasilkan sekret (trikomata nonglandular). 

Beberapa macam trikomata nonglandular sebagai diberikut.

(a) Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih, contohnya pada Lauraceae dan Moraceae.
(b) Rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, contohnya pada daun durian (Durio zibetinus).
(c) Rambut bercabang dan bersel banyak, contohnya pada daun waru (Hibiscus tiliaceus).

(2) Trikomata yang menghasilkan sekret (trikomata glandular). 
Trikomata pada daun tembakau (Nicotiana tabacum) ialah trikomata glandular yang sederhana, mempunyai tangkai dengan kepala bersel satu atau bersel banyak. 

Pada flora sering dijumpai banyak sekali macam trikomata glandular, yaitu sebagai diberikut.

(a) Trikomata hidatoda, terdiri dari sel tangkai dan beberapa sel kepala dan mengeluarkan larutan. Misalnya pada keluarga keladi (Araceae).
(b) Kelenjar garam, terdiri dari sebuah sel kelenjar besar dengan tangkai yang pendek, contohnya pada flora bakau.
(c) Kelenjar madu, berupa rambut bersel satu atau lebih dengan plasma yang kental dan bisa mengeluarkan madu ke permukaan sel, contohnya pada tumbuhan pisang.
(d) Rambut gatal, berupa sel tunggal dengan awal berbentuk kantung dan ujung runcing. Isi sel menjadikan rasa gatal. Misalnya pada rambut sengat kemaduh (Laportea stimulans).

2) Jaenteng Gabus
Selain epidermis ada sejenis jaenteng tertentu yang sifatnya lebih besar lengan berkuasa dari epidermis, jaenteng ini dikenal sebagai jaenteng gabus (cork tissue). Biasanya jaenteng ini berada di bab tepi, meskipun tidak mutlak dan banyak terdapat pada flora yang berumur panjang. Dalam hal ini, biasanya epidermis flora sudah mati atau tidak aktif lagi sebelum terjadi penggabusan itu. 

melaluiataubersamaini demikian sanggup dikatakan bahwa jaenteng gabus ini menggantikan fungsi epidermis. Selain itu, jaenteng gabus juga berfungsi sebagai pembatas antara jaenteng-jaenteng di dalam tumbuhan. Jaenteng gabus dibedakan menjadi 3 macam yaitu eksodermis, endodermis, dan kulit gabus (peridermis).

Jika epidermis hilang atau rusak, lapisan sel di bawahnya akan menjelma jaenteng pelindung dan bergabus yang mengandung sudiberin. Jaenteng inilah yang dinamakan eksodermis. Endodermis ialah lapisan sel yang terdapat dalam akar yang dinding selnya bergabus. Lapisan sel ini sering dianggap sebagai lapisan sel yang paling dalam dari korteks (kulit kayu) atau lapisan sel paling luar dari silinder pusat (stele).

Sementara itu, kulit gabus atau peridermis mempunyai bagian-bagian sebagai diberikut.

a) Felogen (cork cambium) yaitu kambium gabus yang ialah suatu lapisan sel meristematis.
b) Felem (cork) yaitu gabus sebagai produk dari felogen yang terbentuk ke arah luar.
c) Feloderma yaitu suatu parenkim gabus yang sanggup dikatakan hampir sejenis dengan parenkim korteks yang terbentuk ke arah dalam.

B. Jaenteng Dasar (Parenkim)

Jaenteng parenkim atau jaenteng dasar (ground tissue) ialah suatu jaenteng yang terbentuk dari sel-sel hidup dengan struktur morfologi serta fisiologi yang bervariasi dan masih melaksanakan segala acara proses fisiologis. Disebut sebagai jaenteng dasar alasannya ialah hampir setiap bab flora mempunyai jaenteng ini. Parenkim terdapat pada akar, batang, daun, dan melingkupi jaenteng lainnya, contohnya pada xilem dan floem.

Parenkim mempunyai dinding sel tipis dan kalau mengalami penebalan biasanya terdiri dari selulosa yang masih lentur. Dinding selnya jarang sekali mengandung lignin, kecuali organ yang sudah tua. Dinding sel yang sudah menebal umumnya mempunyai plasmodesmata yang sanggup memmenolong kelancaran pertukaran zat.

Jaenteng parenkim mempunyai sel-sel yang masih hidup. Di bab tengah ruang selnya terdapat pusat vakuola besar meliputi zat-zat masakan cadangan. Dalam protoplasma biasanya terdapat plastida baik leukoplas, kloroplas, maupun kromoplas. Di antara sel-sel parenkim, terdapat ruang antarsel (intercellular spaces) yang berperan dalam pertukaran atau peredaran gas-gas. Kebanyakan sel parenkim berbentuk segi banyak (polihedral).

Selain sebagai jaenteng dasar, jaenteng parenkim juga berfungsi sebagai jaenteng penghasil dan penyimpan cadangan makanan. Parenkim penghasil masakan ialah parenkim yang dipakai sebagai kawasan fotosintesis, contohnya pada mesofil daun. Hasil-hasil fotosintesis akan disimpan dalam parenkim. 

Parenkim batang dan akar pada beberapa flora berfungsi untuk menyimpan pati sebagai cadangan makanan, contohnya pada ubi jalar (Ipomea batatas). Selain itu, epidermis juga berfungsi sebagai penyokong badan apabila vakuolanya meliputi air, menyerupai pada flora lunak (bayam).

Terdapat banyak sekali macam jaenteng parenkim antara lain parenkim asimilasi, parenkim makanan, parenkim air, parenkim udara, dan parenkim pengangkut. Parenkim asimilasi terdiri dari sel-sel yang mengandung banyak plastida kloroplas sehingga disebut juga klorenkim, contohnya pada daun. Parenkim ini bermanfaa bagi berlangsungnya fotosintesis (sintesis karbohidrat).

Parenkim masakan mengandung plastida amiloplas yang berfungsi sebagai kawasan penyimpanan masakan cadangan, contohnya pada akar, umbi, umbi lapis, dan akar rimpang. Parenkim air dipakai sebagai jaenteng penyimpan air, di mana air ini terikat dalam vakuola dari sel-selnya secara aktif, contohnya pada batang yang bersifat succulent (mampu menyimpan air dalam jaenteng sehingga tampak berdaging) menyerupai pada flora kaktus.

Parenkim udara mempunyai ruang-ruang antarsel yang cukup besar dan di dalamnya terdapat udara, contohnya pada alat pengapung flora dan tangkai daun Canna sp. Sementara itu, parenkim pengangkut terdiri atas sel-sel memanjang dengan letak berdasarkan arah pengangkutan, contohnya pada xilem dan floem.

C. Jaenteng Penguat

Di dalam badan flora dibutuhkan adanya jaenteng penguat untuk memperkokoh tubuh. Oleh alasannya ialah itu, flora memerlukan jaenteng penguat atau penunjang yang disebut juga jaenteng mekanik. Jaenteng mekanik ini umumnya terdiri dari sel-sel berdinding tebal serta mengandung lignin dan zat-zat lainnya. Zat-zat tersebut memdiberi sifat keras pada dinding selnya. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaenteng mekanik dibagi atas kolenkim dan sklerenkim.

1) Jaenteng Kolenkim
Jaenteng ini menjadi penguat utama organ-organ flora yang masih aktif mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Kolenkim ialah jaenteng sejenis yang tersusun atas sel-sel kolenkim. Kolenkim umumnya terletak di bawah epidermis batang, tangkai daun, tangkai bunga, dan ibu tulang daun. Kolenkim jarang terdapat pada akar. Sel kolenkim biasanya memanjang sejajar dengan pusat organ kawasan kolenkim itu terdapat. 

Dinding sel kolenkim tidak mengandung lignin, tetapi mengandung selulosa, pektin, dan hemiselulosa. Adakalanya dalam sel kolenkim terdapat kloroplas sehingga juga berfungsi dalam fotosintesis.

Sel-sel kolenkim biasanya mengalami penebalan setempat pada dinding selnya. Berdasarkan letak dan bentuk penebalan, kolenkim dibedakan menjadi tiga macam yaitu kolenkim angular, kolenkim lamellar, dan kolenkim lacunate. Kolenkim angular (sudut) mengalami penebalan pada bagian-bagian sudutnya. Kolenkim lamellar (papan) mengalami penebalan pada dinding-dinding sel yang tangensial saja. Sementara itu, kolenkim lacunate (lakuna) mengalami penebalan pada permukaan ruang antarsel.

2) Jaenteng Sklerenkim
Jaenteng ini juga ialah jaenteng penguat, tetapi spesialuntuk terdapat pada jaenteng flora yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Jaenteng sklerenkim terdiri atas sel-sel mati. Dinding selnya sangat tebal dan besar lengan berkuasa alasannya ialah mengandung lignin (komponen utama kayu). Dinding selnya mengalami penebalan primer dan penebalan sekunder oleh zat lignin.

Berdasarkan bentuknya, sklerenkim dibagi menjadi dua, yaitu serabut sklerenkim yang berbentuk menyerupai benang panjang, dan sklereid (sel batu). Sklereid terdapat pada berkas pengangkut, di antara sel-sel parenkim, korteks batang, tangkai daun, akar, buah, dan biji.

Sklerenkim berfungsi menguatkan bab flora yang sudah dewasa. Sklerenkim juga berfungsi untuk melindungi bagian-bagian lunak yang berada di bab lebih dalam contohnya pada kulit biji jarak, tempurung kelapa, dan buah kenari.

D. Jaenteng Pengangkut

Jaenteng pengangkut berfungsi untuk mengangkut zat-zat mineral (unsur hara dan air) yang diserap oleh akar dari tanah. Selain itu, jaenteng pengangkut juga sebagai pengangkut zat-zat masakan hasil fotosintesis untuk disalurkan ke bagian-bagian lain. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaenteng ini dibedakan menjadi jaenteng floem dan jaenteng xilem.

1) Floem
Floem berfungsi mengangkut dan mengedarkan zat-zat masakan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bab tumbuhan. Floem tersusun atas sel-sel yang masih aktif atau hidup dan yang sudah mati. Floem ialah suatu jaenteng remaja yang kompleks. Pelaksanaan fungsi floem didukung oleh sel-sel penyusunnya. Floem terdiri dari beberapa sel atau unsur yaitu unsur-unsur kibral, sel pengantar, sel albumen, parenkim floem, dan serat-serat floem.

Unsur-unsur kibral atau tapis terdiri atas dua macam, yaitu sel-sel tapis dan komponen buluh tapis. Sel-sel penyusun buluh tapis mempunyai dinding melintang yang berfungsi sebagai sekat-sekat. Sekat-sekat ini mempunyai pori-pori dan berfungsi sebagai tapisan atau saenteng.

Parenkim floem ialah jaenteng parenkim yang terdapat di bab pembuluh tapis (floem). Pada bab ini terdapat sel-sel pengantar dan sel-sel albumen. Sel albumen ialah sel jari-jari empulur dan sel-sel parenkim pembuluh tapis. Sel-sel ini kaya akan zat putih telur. Jaenteng parenkim pada floem terdiri dari sel-sel yang masih hidup dan melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Parenkim floem berfungsi untuk menyimpan zat-zat tepung, lemak, dan zat organik lainnya serta ialah kawasan akumulasi beberapa zat, contohnya tanin dan resin.

Sel pengantar atau pengiring terdiri dari sel-sel masih hidup dan bersifat meristematis. Fungsi sel-sel pengantar belum diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan bahwa sel pengantar berfungsi sebagai pembawa hormon-hormon bagi penyembuhan luka dan menyalurkan zat-zat masakan bagi sel-sel tapis.

Serat-serat floem terdiri atas floem primer maupun sekunder. Floem primer terbentuk dalam organ-organ flora yang masih mengadakan pertumbuhan memanjang. Adapun serat-serat floem sekunder terbentuk dari sel-sel kambium.

2) Xilem
Jaenteng xilem ialah jaenteng remaja yang kompleks dan tersusun dari banyak sekali macam sel. Pada umumnya, sel-sel penyusun xilem sudah mati dengan dinding sel yang tebal dan mengandung lignin. Xilem berfungsi mengangkut air dan zat-zat mineral (hara) dari akar ke daun serta sebagai jaenteng penguat. Xilem terdiri atas beberapa unsur atau sel-sel yaitu unsur trakeal (trakea dan trakeida), serat xilem, dan parenkim xilem.

Trakea ialah bab terpenting pada xilem flora bunga (Anthophyta). Trakea tersusun atas tabung-tabung yang berdinding tebal alasannya ialah adanya lapisan selulosa sekunder dan diperkuat lignin sebagai materi pengikat. Lubang atau noktah yang terdapat di ujung-ujung sel trakea disebut perforasi. Trakea spesialuntuk terdapat pada Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan tidak terdapat pada Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka), kecuali anggota Gnetaceae (golongan belinjo).

Trakeida mempunyai diameter lebih kecil dibandingkan trakea, walaupun dinding selnya juga tebal dan berkayu. Rata-rata diameter trakeida 30 milimeter dan panjangnya beberapa milimeter. Trakeida terdapat pada tiruana flora Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Pada ujung sel trakeida terdapat lubang menyerupai saenteng.

Pada batang anggota flora Dicotyledoneae, kalau dilihat dari arah luar letak xilem berada pada bab dalam setelah kambium. Sementara itu pada akar, xilem terletak di tengah dan berbentuk menjari dikelilingi floem. Pada akar Monocotyledoneae, letak xilem berdampingan dengan floem dan xilem di sebelah luar. Antara xilem dan floem tidak dibatasi oleh kambium.

Demikianlah Penjelasan Jaenteng Dewasa Tumbuhan, biar bermanfaa.
LihatTutupKomentar