Klasifikasi Jamur
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifi k di dalam cabang biologi yang disebut mikologi. Para mahir mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 4 divisi. Dasar yang dipakai dalam klasifi kasi ini ialah persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur ialah bereproduksi dengan spora, baik spora berfl agela maupun spora tidak berfl agela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang mempunyai spora tidak berflagela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga divisi tersebut ialah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang didiberi nama Divisi Deuteromycotina.
Zygomycotina
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang populer dari kelompok ini ialah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina mempunyai anggota yang hampir tiruananya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpantidakboleh pada bagian- kepingan tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua pada dasarnya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian menjelma zigospora (diploid). Pada tahapan diberikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini mempunyai struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar.
Zygomycotina mempunyai beberapa jenis yang praktis dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya ialah jamur pada makanan. Jenis-jenis jamur tersebut antara lain:
a. Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, mempunyai rizoid dan stolon. Merupakan saprofi t yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaa dalam pembuatan tempe.
b.Rhizophus nigricans
Jamur ini sanggup menghasilkan asam fumarat.
c. Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa masakan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.
Pilobolus sp.
Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, alasannya bila sporangiumnya sudah masak, jamur ini bisa melontarkannya hingga sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang menempel tersebut akan berkecambah di dalam akses pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan binatang tersebut.
Ascomycotina
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus ialah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau mirip balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau mempunyai inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.
Jadi, askus ialah struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofi t dan parasit. Beberapa jenis diantaranya sanggup juga bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak.
Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letak dan posisinya berdekatan dan mempunyai sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian askogonium diberinti banyak, sedangkan pada kepingan ujungnya diberinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus.
Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina ialah dengan cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia ialah spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.
Berikut ialah beberapa teladan jamur anggota Divisi Ascomycotina.
a. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae ialah jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak mempunyai tubuh buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. Reproduksi vegetatifnya ialah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding). Pada kondisi optimal, khamir sanggup membentuk lebih dari 20 tunas. Tunas-tunas tersebut semakin membesar dan kesudahannya terlepas dari sel induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian tumbuh menjadi individu baru.
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi secara pribadi sebagai sel ragi baru. Teknik reproduksi seksual ini terjadi ketika reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan, contohnya bila suplai masakan terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung.
Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan masakan tersebut ialah fermentasi. Perhatikan
b. Penicillium spp.
Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang banyak mengandung gula, mirip nasi, roti, dan buah yang sudah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak mirip noda biru atau kehijauan. Perhatikan Gambar 5.18. Reproduksi jamur Penicillium berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara generatif (askus). Beberara teladan jamur anggota genus Penicillium antara lain:
ü Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum
Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin)
ü Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti
Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau mengharumkan keju.
c. Aspergillus spp.
Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan. Distribusinya luas, sanggup tumbuh di tempat diberiklim cuek maupun tempat tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:
ü Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa dipakai untuk mengempukkan gabungan roti, dan jamur tersebut sanggup menghasilkan enzim protease.
ü Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease.
ü Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan sanggup menjernihkannya. Jamur tersebut juga sanggup menghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.
ü Apergillus fl avus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan afl atoksin, penyebab kanker pada manusia.
ü Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai benalu pada telinga, mengakibatkan automikosis.
ü Aspergillus fumigates
A. fumigatus ialah jamur yang sanggup mengakibatkan penyakit kanker pada paru-paru burung.
d. Neurospora crassa
N. crassa dikenal sebagai jamur oncom alasannya sering dipakai untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang muncul pada oncom ialah warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia sitophila. Tetapi setelah ditemukan alat reproduksi generatifnya, berupa askus, kini jamur ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.
e. Morchella deliciosa dan Morchella esculenta
Kedua jenis jamur ini ialah jamur makroskopis, hidup di tanah. Karena rasanya yang lezat, jamur ini menjadi konsumsi manusia. Dalam dunia perdagangan jamur ini dikenal dengan nama morel, ukuran tubuhnya sedang, berwarna coklat kemerahmerahan, tubuhnya mirip spons dan sering dijual dalam bentuk awetan.
Basidiomycotina
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp (Gambar 5.22). Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk mirip insang, pori-pori, mirip gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang mempunyai korelasi yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini mempunyai miselium yang bersekat dan mempunyai tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofi t dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium.
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang tidak sama, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut mempunyai 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut kesudahannya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp mempunyai bentuk mirip payung. Pada kepingan bawahnya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium mempunyai 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan kesudahannya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapat lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari ialah anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk mirip payung, terdiri atas lembaran-lembaran (bilah), yang meliputi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini ialah sumber protein, kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.
Auricularia polythrica (jamur kuping)
Jamur kuping ialah jamur saprofi t pada kayu yang mati. Tubuh buahnya berbentuk mirip daun indera pendengaran (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan mirip sayuran. Jamur ini pun kini sudah banyak dibudidayakan.
Amanita phalloides
Amanita phalloides ialah salah satu anggota suku Amanitaceae. Amanita, ialah cendawan yang indah, tetapi juga ialah anggota daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun untuk membunuh seorang cukup umur spesialuntuk dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofi t pada kotoran binatang ternak, mempunyai tubuh buah berbentuk mirip payung. Perhatikan Gambar 5.24.
Puccinia graminis (jamur karat)
Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae), tubuhnya makroskopik, tidak mempunyai tubuh buah, dan sporanya berwarna merah kecoklatan mirip warna karat.
Deuteromycotina
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak tepat atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang mempunyai tahap seksual (teleomorph). Jamur ini ibarat Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum terang statusnya. Apabila pada penelitian diberikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina. contohnya ialah Neurospora crassa yang ketika ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.
Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara aseksual dengan konidia. Konidia dibuat diujung konidiosfora, secara pribadi pada hifa yang bebas. Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan yang karam di dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang lain ialah benalu pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan banyak sekali cara. Beberapa jenis juga dijumpai pada tiruant dan masukang rayap.
Beberapa jamur benalu pada hewan-hewan kecil berbagi unbranched body di dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien hingga korbannya mati. Sesudah itu jamur tersebut memproduksi rantai spora yang mungkin menempel atau tergoda oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi korbannya. Teknik lain ialah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang sanggup menusuk, dengan menumpangi dan menempel pada amuba. Salah satu kelompok jamur penghuni tanah ada yang bisa menangkap cacing nematoda dengan membentuk cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuh nematode dan run cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan kepalanya ke dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung berusaha keluar dengan bergerak maju, bukan mundur, sehingga cacing tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut. Perhatikan Gambar 5.26. Sesudah berhasil menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh cacing dan mencernanya.
Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya mengakibatkan penyakit. Epidermophyton fl oocosum mengakibatkan penyakit kaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp. mengakibatkan penyakit kurap atau panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut sering disebut juga sebagai dermatophytes. Jenis lain yang ialah penyebab penyakit pada insan ialah Candida albicans. Jamur mikroskopis ini mempunyai bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat hidupnya ialah parasit. Penyakit yang ditimbulkannya ialah penyakit keputihan yang terjadi alasannya adanya infeksi pada vagina.
Deuteromycotina juga mempunyai beberapa anggota yang ialah penyebab penyakit pada tanaman. Sclerotium rolfsie ialah jamur yang mengakibatkan penyakit bau pada tumbuhan budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae ialah teladan jamur benalu yang sanggup merusak kecambah dan buah serta sanggup mengakibatkan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.
Oomycotina (Jamur Air)
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak mempunyai kloroplas.
Jamur air mempunyai dinding sel terbuat dari selulosa, yang tidak sama dengan dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang membedakan jamur air dengan jamur sejati ialah adanya sel bifl agellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak mempunyai fl agella.
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau menempel pada sisa-sisa tumbuhan di kolam, danau, atau fatwa air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka sebagai parasit. misal anggota Oomycotina ialah Saprolegnia, dan Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat mengakibatkan penyakit), mirip mengakibatkan pembusukan kayu pada kentang dan tomat.
Jamur air sanggup bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual, jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut, dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan dari oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan menjelma spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru.
Myxomycotina
Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir ialah suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini sanggup tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium ialah massa tunggal sitoplasma yang mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan masakan melalui fagositosis. Mereka melaksanakan ini sambil menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mongering atau tidak ada masakan yang tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. misal jamur lendir ialah jenis Dyctystelum discridium.