
Pada tahun 1914, pemerintahan Belanda mendirikan HIS atau Hollandsh Inlandsche School yang merupakan pendidikan rendah namun bahasa pengantarnya memakai bahasa Belanda yang dikenal pula dengan sebutan Westersch Lager Onderwijs). Pembuatan sekolah ini merupakan suatu bentuk dijalankannya Politik Etis atau juga politik balas budi, namun kenyataannya politik ini hanyalah politik semata.
Pada ketika pemerintahan hindia belanda, sekolah yang ada tidak terlalu banyak macamnya, namun sekolah yang disediakan lebih dibedakan kepada keturunan absurd atau pribumi.
Pada masa Hindia Belanda berkuasa, sejarah pendidikan tidak mengenal adanya play group ataupun TK. Begitu belum dewasa menginjak usia 6tahun, maka sudah sanggup disekolahkan di HIS dan dituntut untuk mengenyam pendidikan selama 7tahun. Setelah masa pendidikan tamat mereka sanggup melanjutkan ke Jenjang yang lebih tinggi menyerupai Kwekschool, HCS, HBS atau MULO.
Diluar pendidikan-pendidikan yang tersebut diatas, pemerintah hindia belanda juga mengizinkan didirikannya sekolah swasta. Sekolah swasta ini lebih bersifat pribadi dan target para siswanya pun sudah ditentukan, menyerupai Taman Siswa dan Perguruan Rakyat, Selain itu bagi warga yang beragama Muslim, pemerintah juga mengizinkan didirikannya Pondok Pesantren atau sejenisnya.
Pada awalnya tujuan sistem pendidikan ini diperuntukkan bagi pemerintahan Hindia Belanda guna mengisi kekosongan aneka macam posisi dalam pemerintahan mereka. Namun dalam kenyataannya, sistem yang mereka adakan mengalami kegagalan alasannya yakni aneka macam faktor, yang salah satunya tidak adanya kestabilan ekonomi di Negara Eropa.