-->

Peradaban Sungai Shindu Dan Lembah Sungai Gangga

Peradaban Sungai Shindu dan Lembah Sungai Gangga


a. Letak Geografi
Wilayah India kuno ialah salah satu negara di Asia Selatan di belahan Utara berbatasan dengan pepegununganan Himalaya dan Hindu Kush, sedangkan belahan Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sekarang, wilayah ini sanggup dilihat di peta yang meliputi negara India, Nepal, Pakistan dan Afganistan.

Kondisi alam yang ibarat itu menggambarkan seolah-olah India yakni subbenua Asia. Wilayah India kuno terbagi menjadi dua belahan yaitu India Utara dan India Selatan, diantara keduanya terdapat penpegununganan Windya. India Utara yakni daerah yang mempunyai lahan yang rindang terutama di sepanjang Sungai Shindu, Gangga, Yamuna dan Brahmaputera. Sebaliknya di India Selatan, daerah ini yakni daerah yang tidak rindang dengan lahan-lahan yang kering tandus.

Celah antara Himalaya dan Hindu Kush dikenal dengan nama Celah Kaiber (Khyber Pass). Celah ini ialah susukan bangsa-bangsa penhadir yang bermigrasi dan menetap di India. Dari celah ini pulalah lahir peradaban di India sebagai asimilasi kebudayaan antara kebudayaan bangsa gila dengan bangsa aslinya, diantaranya peradaban Lembah Sungai Shindu dan Lembah Sungai Gangga.

Penduduk orisinil yang berada di Lembah Sungai Shindu yakni bangsa Dravida, diperkirakan sudah mendiaminya semenjak 3000 SM. Bangsa ini meninggalkan sisa-sisa peradabannya di Mahenjo Daro dan Harappa. Hasil temuan peninggalan peradaban di India diketahui dengan ditemukannya sisa-sisa kebudayaan di Kota Mahenjo Daro di daerah Shindu (sekarang berada di wilayah Pakistan) dan Harappa yang mendiami tempat Sungai Ravi (daerah hulu Sungai Shindu).

b. Sistem Mata Pencaharian
Sepanjang lembah Sungai Shindu yakni lahan rindang yang cocok sekali untuk pertanian. Kerindangan ini disebabkan oleh lumpur-lumpur sungai yang dibawa ketika banjir. Pemanfaatan lahan dan sungai mendorong untuk berbagi teknologi irigasi dengan membuat saluran-saluran, tanggul penahan banjir dan bendungan untuk menampung. Hasil temuan saluran irigasi inilah yang mengatakan bahwa pada masa tersebut sudah terbentuk peradaban yang maju dengan mata pencahariannya yakni pertanian (gandum, padi, kapas, dan teh).

c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Peradaban Sungai Shindu dan Lembah Sungai Gangga Peradaban Sungai Shindu dan Lembah Sungai Gangga
Puing Kota Mahenjo-Daro
Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah dikenal oleh masyarakat yang mendiami lembah Sungai Shindu. Bukti-bukti yang mengatakan hal tersebut dengan ditemukannya perkakas pertanian, alat-alat rumah tangga, alat-alat perang, bangunan dan simbol keyakinan yang terbuat dari tanah liat ataupun logam. 

Selain itu, di Kota Mahenjo-Daro dan Harappa sudah terbentuk penataan kota yang baik dan teratur. Penduduk sudah mengenal teknologi bangunan dan gedung yang dibentuk dari kerikil bata untuk tempat tinggal. Setiap rumah terdapat sumur dan saluran-saluran pemmembuangan limbah kotor dan dialirkan ke selokan besar di bawah jalan raya.

d. Perekonomian
Perekonomian masyarakat lembah Sungai Shindu ditopang dalam bentuk perdagangan dengan negara-negara lain. Hal ini dibuktikan. melaluiataubersamaini adanya inovasi benda-benda kebudayaan lembah Sungai Shindu di Mesopotamia. Pada masa itu sudah adanya kontak dagang antara bangsa Dravida dengan bangsa Sumeria.

e. Kepercayaan
Masyarakat lembah Sungai Shindu memuja kepada banyak yang kuasa (politheisme). Dewa utama yang dipujanya yakni yang kuasa berkepala tiga, bertanduk besar, walaupun masih berupa dugaan, stempel yang menggambarkan yang kuasa ini banyak dijumpai. Selain itu, masyarakatnya mengenal Dewi Ibu yang dipuja sebagai lambang Dewi kerindangan.

f. Pemerintahan
Peradaban Lembah Sungai Shindu yakni peradaban insan prasejarah lantaran belum ditemukan adanya tulisan. Masuknya bangsa Arya ke wilayah India, mengubah tata hidup penduduk orisinil dan terjadinya percampuran kebudayaan. Sebenarnya bangsa Arya yakni bangsa nomaden (selalu berpindah-pindah), namun semenjak ditemukannya wilayah India melalui Celah Kaiber mereka mencoba untuk menetap sehingga menimbulkan percampuran kebudayaan di antara keduanya. 

Pencampuran kedua bangsa tersebut melahirkan bangsa Hindu. Kehadiran mereka menjadi salah satu penyebab runtuhnya peradaban kuno di Lembah Sungai Shindu. Pemerintahan bangsa Arya yang pernah ada di Lembah Sungai Shindu diketahui mulai ada tahun 327 SM dengan berdirinya Kerajaan Maurya.

Berikut ini nama-nama kerajaan yang pernah ada pada peradaban Lembah Sungai Shindu, antara lain:

1) Kerajaan Magadha
Bangsa Arya yang tinggal di Punjab membentuk negara kota, dengan kepala pemerintahannya disebut raja. Pemerintahan ibarat ini sudah ada di Magadha, Kosala dan Avanti. Kerajaan Magadha sudah ada kira-kira tahun 650 SM, diperintah oleh Sisunaga dengan ibukota Rajgir. Sekitar tahun 500 SM, pada masa Raja Ayatasatra, ibukota dipindahkan ke Pataliputra di bersahabat pertemuan Sungai Shindu dan Gangga. Raja Nanda yakni Raja Magadha yang berhasil mengusir Persia dari Punjab, dan kemudian membentuk dinasti Nanda. Raja kesembilan dinasti Nanda yakni Mahapadmananda berkeluargai perempuan dari kasta rendah dan mempunyai seorang anak berjulukan Candragupta Maurya.

2) Kerajaan Maurya
Candragupta Maurya yakni pendiri Kerajaan Maurya setelah berhasil menundukkan pasukan Macedonia yang kala itu sedang melaksanakan perluasan ke wilayah India dibawah pimpinan Iskandar Zulkarnaen dan sudah menguasai daerah Punjab.

Pengusiran tentara Macedonia dari India dilakukan setelah Candragupta Maurya mengetahui kabar Iskandar Zulkarnaen wafat, tragedi ini terjadi pada tahun 327 SM. Ibukota Kerajaan Maurya berada di Pattaliputra dengan raja pertamanya yakni Candragupta Maurya. Kekuasaan daerahnya terbentang dari Kashmir di belahan Barat dan lembah Sungai Gangga di belahan Timur. Kerajaan Maurya mencapai masa gemilang di bawah pemerintahan Ashoka (268-232 SM) cucu Candragupta Maurya.

Ashoka merasa menyesal setelah melihat korban-korban perang dikala menundukkan Kerajaan Kalingga dan Dekkan, kemudian bercita-cita untuk membentuk suatu perdamaian bagi umat manusia. Agama yang tiruanla yakni Hindu ditinggalkannya dan beralih menjadi penganut agama Buddha.

3) Kerajaan Candragupta
Sepeninggalnya Ashoka, kerajaan Maurya pecah menjadi kerajaan kecil yang kemudian dipersatukan kembali oleh Candragupta I dan berdiri Kerajaan Candragupta.


Selain peradaban Lembah Sungai Shindu, di India kuno ditemukan pula peradaban Lembah Sungai Gangga yang terletak antara Pepegununganan Himalaya, dan Pepegununganan Windya. Sampai sekarang, di wilayah ini belum ditemukan sisa-sisa peninggalan peradaban pada masa prasejarah. Peradabannya mulai berkembang semenjak masuknya bangsa Arya ke India dengan terbentuknya budaya Hindu.

a. Kebudayaan Hindu
Berubahnya contoh hidup bangsa Arya dari seorang pengembara menjadi hidup menetap, melahirkan kebudayaan gabungan dengan bangsa aslinya, yaitu bangsa Hindu dan kebudayaanya disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah perkembangan pertamanya terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (negeri orang Arya) dan Hindustan (tanah milik orang Hindu).

Bangsa Hindu melahirkan karya sastra berupa kitab Weda yang meliputi dongeng kepahlawanan bangsa Arya juga puji-pujian kepada dewa. Kitab Suci Weda terdiri dari empat bagian, yaitu:

(1) Reg-Weda, meliputi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa.
(2) Sama-Weda, meliputi nyanyian untuk memuja dewa.
(3) Yayur-Weda, meliputi bacaan untuk keselamatan.
(4) Atharwa-Weda, meliputi ilmu untuk menghilangkan marabahaya.

Selain Kitab Suci Weda, terdapat Kitab Brahmana yang isinya doa-doa ucapan Brahmana dikala dilangsungkan upacara, dan Kitab Upanishad yang isinya fatwa keagamaan dari guru. Ajaran Hindu mengenal banyak yang kuasa (polytheisme), namun yang kuasa yang menjadi utama yakni Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.

Bangsa Arya mengatur tatanan sosial masyarakat-masyarakat yang dijumpainya dengan sistem kasta. Sistem kasta terdiri dari 4 bagian, yakni:

(1) Kasta Brahmana: kaum agamawan.
(2) Kasta Kstaria: kaum pemerintahan.
(3) Kasta Waisya: kaum petani dan pedagang.
(4) Kasta Sudra: kaum pekerja.

Selain sistem kepercayaan, bangsa Arya juga membangun sistem kemasyarakatan. Dari kitab Rig-Veda kita memperoleh citra ihwal kehidupan masyarakat pada masa itu.

Kitab-kitab lain yang dianggap suci dalam agama Hindu yakni Purana. Kitab ini terdiri dari 18 belahan dengan isinya yang tidak sama−beda. Namun secara umum, ke-18 belahan ini memuat hal−-hal diberikut ini.

(1) Sarga memuat dongeng ihwal penciptaan alam semesta.
(2) Pratisarga memuat dongeng ihwal penciptaaan kembali dunia setiap kali di dunia yang ada lenyap.
(3) Wamca memuat dongeng ihwal asal ajakan para yang kuasa dan resi.
(4) Manwantarani memuat dongeng ihwal derma waktu satu hari Brahma.
(5) Wamcanucarita memuat dongeng ihwal raja−raja yang memerintah di atas dunia.

Pada dikala ini, dalam agama Hindu juga muncul aliran-aliran tertentu. Aliran-aliran ini umumnya didasarkan pada nama yang kuasa yang mereka puja. Di antaranya Hindu Siwa yang memuja Dewa Siwa dan Hindu Waisnawa yang memuja Dewa Wisnu.

b. Agama Buddha
Peradaban Sungai Shindu dan Lembah Sungai Gangga Peradaban Sungai Shindu dan Lembah Sungai Gangga
Arca Buddha Siddarta di Mathura
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama Sang Buddha (artinya Yang Diterangi/Yang Disinari). Pada awalnya, Sidharta Gautama yakni seorang pangeran di Kerajaan Kapilawastu dan termasuk golongan Kasta Ksatria. Gaya hidup yang dijalani Sidharta semenjak kecil selalu dalam kemewahan dan serba berkecukupan, walaupun begitu tidak pernah mencicipi ketenangan batiniah. 

Pada suatu masa ia mencari ketenangan untuk melepaskan samsara (penderitaan) yang dialaminya dengan cara bersemedi di bawah pohon pipala (bodhi). Kurang lebih 7 tahun ia mendapatkan sinar jelas di hatinya dan menjadi Sang Buddha. Ajarannya pertama kali mulai diperkenalkan kepada masyarakat di Taman Rusa Benares.

Buddha percaya pada reinkarnasi dan karma, yang sudah membuat hidupnya sengsara, oleh lantaran itu insan harus tetapkan kesengsaraanya dengan delapan jalan suci, yakni pandangan yang benar, niat yang benar, berbicara yang benar, berbuat yang benar, penghidupan yang benar, berusaha yang benar, perhatian yang benar dan bersemedi yang benar.

Berbeda dengan agama Hindu, agama Buddha tidak mengenal kasta dan memandang kedudukan insan yang sama di dalam susunan masyarakat. Oleh lantaran itu, agama Buddha sangat diminati oleh masyarakat yang bergolongan rendah.

Tiga unsur utama yang terdapat dalam fatwa Buddha, sebagai diberikut:

(1) Sang Buddha, berbakti kepada Sang Buddha.
(2) Dharma, berbakti kepada ajarannya.
(3) Sangha, berbakti kepada umatnya.

Keseluruhan fatwa Buddha kemudian dibukukan dalam Kitab Tripitaka. Kitab Tripitaka menjadi pedoman ritual bagi kehidupan para pengikutnya. Kitab ini terdiri dari tiga kumpulan tulisan, yakni Sutra Pitaka, Vinaya Pitaka, dan Abhidharma Pitaka. Sang Buddha wafat pada tahun 483 di Kucinagara, ajarannya bermetamorfosis dua aliran yang tidak sama, yaitu Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana. 

Buddha Hinayana mempunyai sifat tertutup dengan bertujuan pembebasan samsara spesialuntuk bagi dirinya sendiri, sedangkan Buddha Mahayana bersifat terbuka dengan bertujuan pembebasan lebih luas, selain untuk dirinya sendiri juga bagi orang lain.

Perkembangan agama Buddha di India mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Ashoka dari Dinasti Maurya (273 − 232 SM). Pada masa itu, Raja Ashoka tetapkan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Ia juga memerintahkan pembuatan stupa−stupa Buddha di aneka macam tempat.

c. Aliran Jaina
Reaksi terhadap dominasi Brahmana dalam budaya Hindu tidak spesialuntuk melahirkan agama Buddha, juga aliran Jaina yang diajarkan oleh Mahavira pada tahun 540-468 SM. Aliran Jaina melarang menyakiti makhluk lain tetapi menyakiti diri sendiri sanggup dibenarkan. Pembebasan rasa ketersiksaan batin sanggup dilakukan dengan melaksanakan Tri Ratna atau Tiga Permata, yakni keyakinan yang benar, pengetahuan yang benar dan sikap yang benar.

Aliran Jaina tidak mengenal adanya sang pencipta dan menolak adanya upacara-upacara ritual. Oleh alasannya yakni itu, banyak peminatnya terdiri dari golongan pedagang yang tidak mempunyai waktu untuk urusan ritual dan lebih mementingkan jalannya usaha. Selain itu, tidak adanya derma kasta diminati pula oleh golongan kasta rendah.

Yang lebih menarikdanunik pada fatwa Jaina yakni menganggap dunia sebagai sesuatu yang dosa dan jahat sehingga tidak mementingkan hal-hal yang duniawi, salah satunya yakni penerapan pakaian yang tidak mementingkan unsur keindahan atau mode.

Antara fatwa Jaina dan Buddha mempunyai kesamaan dalam hal larangan atau dikenal dengan istilah dasasila, di antaranya: 

(1) tidakboleh membunuh;
(2) tidakboleh mengambil hak orang lain;
(3) tidakboleh berzina;
(4) tidakboleh berbohong;
(5) tidakboleh minum minuman keras;
(6) tidakboleh makan sebelum waktunya;
(7) tidakboleh mengunjungi tempat berfoya-foya;
(8) tidakboleh menggunakan pakaian bagus;
(9) tidakboleh pulas di tempat yang enak;
(10) tidakboleh mendapatkan pemdiberian uang.

Ajaran Jaina banyak dianut oleh orang-orang India, walaupun tidak sebanyak penganut agama Hindu, fikiran aliran ini masih memengaruhi sikap orang India sekarang.

d. Pemerintahan
Pemerintahan yang pernah berkuasa di wilayah Lembah Sungai Gangga yakni Kerajaan Gupta. Kerajaan ini erat kaitannya dengan keberadaan Kerajaan Maurya di Lembah Sungai Shindu. Runtuhnya kerajaan ini mendorong timbulnya Kerajaan Gupta yang menguasai India.

1) Kerajaan Candragupta
Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Gupta, yaitu:
1) Candragupta I (320-330)
2) Samudragupta (330-375)
3) Candragupta II (375-415)

Pada masa Candragupta II, kondisi Kerajaan Gupta mengalami kemajuan yang pesat terutama di bidang perdagangan, kesenian dan ilmu pengetahuan, bahkan pada masa ini ditemukan teknologi pembuatan cat, pengawetan kulit dan pembuatan kaca.

2) Kerajaan Harsha
Sesudah Candragupta II wafat, Kerajaan Gupta mulai mundur malah membawa India mengalami masa kemunduran selama dua masa sampai muncul kembali masa kejayaan India dengan berdirinya Kerajaan Harsha pada masa ke-7 dengan ibukota Kanay. Kerajaan ini pun balasannya runtuh pada masa ke-11.

Demikianlah Materi Peradaban Sungai Shindu dan Lembah Sungai Gangga, semoga bermanfaa.
LihatTutupKomentar