Menentukan duduk kasus penelitian merupakan awal sebelum melaksanakan pengembangan terhadap desain penelitian. Sesuatu yang dipaparkan dalam desain penelitian diantaranya apa, mengapa, serta bagaimana duduk kasus tersebut harus diteliti sebagai suatu aliran dikala melaksanakan proses penelitian dan diperlukan dari hasil penelitian tersebut akan bermanfaat bagi semua pihak yang ikut terlibat di dalam proses penelitian.
Kegagalan utama dalam penelitian biasanya dikarenakan adanya kelemahan dalam menentukan dan mengonseptualisasikan suatu topik penelitian. Ini ialah salah satu duduk kasus yang sering dihadapi dan dirasa paling sulit oleh para peneliti. Namun, sehabis duduk kasus tersebut sanggup terpecahkan oleh peneliti, maka proses berikutnya akan lebih gampang untuk dikerjakan. Ini ialah pembatasan topic atau pemusatan pendekatan terhadap topic biar sanggup dipahami secara efektif.
Seorang peneliti Bruce A. Vhadwidck menyampaikan bahwa, di dalam perumusan duduk kasus terdapat tiga hal penting, diantaranya membuat suatu pertanyaan (sesuatu apa yang ingin diketahui), rasional (kenapa ingin mengetahuinya), dan perumusan pada pertanyaan (arah pertanyaan sendiri mengarah pada suatu balasan yang rasional).
Selain beberapa duduk kasus di atas, ada beberapa kriteria duduk kasus lain yang perlu diketahui, contohnya topik dan duduk kasus yang menarik, adanya signifikansi antara teoritis dengan praktis, sanggup diuji dengan metode pengumpulan data dan analisis data, da nada kesesuaian antara biaya dan waktu. Perumusan duduk kasus harus dibentuk dengan lugas, jelas, tidak ambiguitas, dan menggambarkan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Rumusan duduk kasus sanggup dibentuk lebih dari satu, tentunya harus diadaptasi dengan tujuan yang terdapat pada penelitian.
Perumusan judul sanggup dilakukan di dalam perumusan masalah. Walaupun di dalam judul sudah dituangkan suatu permasalahan, namun penafsiran pembaca sanggup berbeda dengan yang dimaksudkan oleh peneliti. Masalah-masalah yang timbul dalam penelitian dituangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Jenis pertanyaan juga harus fleskibel (memungkinkan dilakukan penelitian), sanggup diukur dari beberapa pertimbangan aspek, menyerupai waktu, tenaga, serta biaya. Jenis pertanyaan yang diajukan harus jelas, ini untuk memudahkan pembaca dalam memahamai apa yang akan diteliti. Pertanyaan ialah sesuatu yang harus dijawab dan terikat dengan etika.
Sebagai teladan permasalahan prestasi mencar ilmu siswa, pada rumusan duduk kasus harus terperinci dihentikan ambigu. Hal lain yang penting ialah penelitian harus terjangkau dan sanggup dilaksanakan baik dari ukuran waktu dan biaya. Jika peneliti salah dalam merumuskan duduk kasus maka akan berakibat fatal dalam pemecahan duduk kasus tersebut. Intinya ialah peneliti harus berhati-hati dikala membuat pertanyaan alasannya salah satu kerangka dasar penelitian ialah rumusan masalah. Yang perlu diperhatikan lagi ialah tumpuan yang tidak signifakan dan tidak sesuai dengan asumsi.
Kegagalan utama dalam penelitian biasanya dikarenakan adanya kelemahan dalam menentukan dan mengonseptualisasikan suatu topik penelitian. Ini ialah salah satu duduk kasus yang sering dihadapi dan dirasa paling sulit oleh para peneliti. Namun, sehabis duduk kasus tersebut sanggup terpecahkan oleh peneliti, maka proses berikutnya akan lebih gampang untuk dikerjakan. Ini ialah pembatasan topic atau pemusatan pendekatan terhadap topic biar sanggup dipahami secara efektif.
Seorang peneliti Bruce A. Vhadwidck menyampaikan bahwa, di dalam perumusan duduk kasus terdapat tiga hal penting, diantaranya membuat suatu pertanyaan (sesuatu apa yang ingin diketahui), rasional (kenapa ingin mengetahuinya), dan perumusan pada pertanyaan (arah pertanyaan sendiri mengarah pada suatu balasan yang rasional).
Selain beberapa duduk kasus di atas, ada beberapa kriteria duduk kasus lain yang perlu diketahui, contohnya topik dan duduk kasus yang menarik, adanya signifikansi antara teoritis dengan praktis, sanggup diuji dengan metode pengumpulan data dan analisis data, da nada kesesuaian antara biaya dan waktu. Perumusan duduk kasus harus dibentuk dengan lugas, jelas, tidak ambiguitas, dan menggambarkan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Rumusan duduk kasus sanggup dibentuk lebih dari satu, tentunya harus diadaptasi dengan tujuan yang terdapat pada penelitian.
Perumusan judul sanggup dilakukan di dalam perumusan masalah. Walaupun di dalam judul sudah dituangkan suatu permasalahan, namun penafsiran pembaca sanggup berbeda dengan yang dimaksudkan oleh peneliti. Masalah-masalah yang timbul dalam penelitian dituangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Jenis pertanyaan juga harus fleskibel (memungkinkan dilakukan penelitian), sanggup diukur dari beberapa pertimbangan aspek, menyerupai waktu, tenaga, serta biaya. Jenis pertanyaan yang diajukan harus jelas, ini untuk memudahkan pembaca dalam memahamai apa yang akan diteliti. Pertanyaan ialah sesuatu yang harus dijawab dan terikat dengan etika.
Sebagai teladan permasalahan prestasi mencar ilmu siswa, pada rumusan duduk kasus harus terperinci dihentikan ambigu. Hal lain yang penting ialah penelitian harus terjangkau dan sanggup dilaksanakan baik dari ukuran waktu dan biaya. Jika peneliti salah dalam merumuskan duduk kasus maka akan berakibat fatal dalam pemecahan duduk kasus tersebut. Intinya ialah peneliti harus berhati-hati dikala membuat pertanyaan alasannya salah satu kerangka dasar penelitian ialah rumusan masalah. Yang perlu diperhatikan lagi ialah tumpuan yang tidak signifakan dan tidak sesuai dengan asumsi.