Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat populer di Indonesia, dan masyarakat sering menyebutnya sebagai Bapak Pendidikan. Hal ini bukan semata dia merupakan seorang penulis yang populer pada masanya, namun alasannya yaitu kegigihannya dalam memperjuangkan pendidikan bagi rakyat pribumi.
Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 02 Mei tahun 1889 di kota Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara yang terlahir sebagai keturunan bangsawan mempunyai nama orisinil Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Namun pada tahun 1972 dia resmi mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara agar dia sanggup membaur dengan segenap lapisan masyarakat tanpa adanya perasaan minder atau takut alasannya yaitu status sosialnya sebagai keturunan Bangsawan.
Ki Hajar Dewantara pada masanya populer sebagai kolumnis yang sangat pedas kritikannya terhadap pemerintahan Belanda. Hal itu ditunjukkannya semasa pemerintahan Belanda hendak meminta pinjaman untuk merayakan pesta kemerdekaan Belanda dari Prancis, Ki Hajar Dewantara atau biasa dipanggil Soewardi menulis kolom KHD yang sangat terkenal, Andai Aku seorang Belanda yang menyebabkan beliau diasingkan ke Belanda pada tahun 1913.
Setelah pulang dari masa pengasingannya, yaitu tahun1919 dia bekerja keras dalam proyek mendirikan sekolah bagi pribumi. Hal itu alhasil berhasil di wujudkan pada 3 Juli 1922 dan sekolah yang didirikan diberi nama Perguruan Nasional Taman Siswa, kini lebih dikenal sebagai Taman Siswa. Sayangnya sistem pendidikan yang dikembangkannya tidak menerima perhatian yang besar dari pemerintah. Memang gelar sebagai bapak Pendidikan sudah disematkan pada beliau, namun pada penerapan pendidikan di sekolah, pemerintah Indonesia masih memakai sistem ibarat zaman pada ketika pemerintahan Hindia-Belanda.
Hal ini sangat disayangkan, alasannya yaitu pendidikan di Taman Siswa lebih kearah pada keahlian, minat dan talenta siswa bergotong-royong jauh lebih baik. Benyamin S merupakan lulusan dari Taman Siswa, dan dia mengungkapkan betapa bangganya dia pernah mengenyam pendidikan di daerah tersebut, alasannya yaitu di daerah tersebut diajarkan semoga kita menyayangi etika dan kebudayaan bangsa sendiri, dan tidak sepatutnya a merasa aib dengan bangsa lain, alasannya yaitu bangsa kita merupakan bangsa yang kaya akan budaya dan mempunyai nilai luhur yang tinggi. Semoga pemerintah kita sanggup menghidupkan kembali taman siswa pada masa mendatang.
Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 02 Mei tahun 1889 di kota Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara yang terlahir sebagai keturunan bangsawan mempunyai nama orisinil Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Namun pada tahun 1972 dia resmi mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara agar dia sanggup membaur dengan segenap lapisan masyarakat tanpa adanya perasaan minder atau takut alasannya yaitu status sosialnya sebagai keturunan Bangsawan.
Ki Hajar Dewantara pada masanya populer sebagai kolumnis yang sangat pedas kritikannya terhadap pemerintahan Belanda. Hal itu ditunjukkannya semasa pemerintahan Belanda hendak meminta pinjaman untuk merayakan pesta kemerdekaan Belanda dari Prancis, Ki Hajar Dewantara atau biasa dipanggil Soewardi menulis kolom KHD yang sangat terkenal, Andai Aku seorang Belanda yang menyebabkan beliau diasingkan ke Belanda pada tahun 1913.
Setelah pulang dari masa pengasingannya, yaitu tahun1919 dia bekerja keras dalam proyek mendirikan sekolah bagi pribumi. Hal itu alhasil berhasil di wujudkan pada 3 Juli 1922 dan sekolah yang didirikan diberi nama Perguruan Nasional Taman Siswa, kini lebih dikenal sebagai Taman Siswa. Sayangnya sistem pendidikan yang dikembangkannya tidak menerima perhatian yang besar dari pemerintah. Memang gelar sebagai bapak Pendidikan sudah disematkan pada beliau, namun pada penerapan pendidikan di sekolah, pemerintah Indonesia masih memakai sistem ibarat zaman pada ketika pemerintahan Hindia-Belanda.
Hal ini sangat disayangkan, alasannya yaitu pendidikan di Taman Siswa lebih kearah pada keahlian, minat dan talenta siswa bergotong-royong jauh lebih baik. Benyamin S merupakan lulusan dari Taman Siswa, dan dia mengungkapkan betapa bangganya dia pernah mengenyam pendidikan di daerah tersebut, alasannya yaitu di daerah tersebut diajarkan semoga kita menyayangi etika dan kebudayaan bangsa sendiri, dan tidak sepatutnya a merasa aib dengan bangsa lain, alasannya yaitu bangsa kita merupakan bangsa yang kaya akan budaya dan mempunyai nilai luhur yang tinggi. Semoga pemerintah kita sanggup menghidupkan kembali taman siswa pada masa mendatang.