Pendidikan holistik ialah suatu filsafat pendidikan yang berasal dari pemikiran bahwa intinya seorang individu sanggup menemukan identitas, tujuan dan makna hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, nilai-nilai spiritual. dan lingkungan alam, Secara historis, pendidikan holistik sesungguhnya bukan hal yang baru.
Ada pun tokoh-tokoh klasik yang merintis pendidikan holistik ialah Ralph Waldo Johann Pestalozzi, Emerson, Jean Rousseau, Bronson Alcott, Henry Thoreau, Friedrich Froebel dan Francisco Ferrer. Berikutnya ialah beberapa tokoh lainnya yang dianggap sebagai pendukung pendidikan holistic tersebut, yaitu Maria Montessori, Rudolf Steiner, Howard Gardner, John Dewey, Francis Parker, George Dennison Kieran Egan, Ivan Illich, John Caldwell Holt, Jiddu Krishnamurti, Carl Jung, Carl Rogers, Abraham Maslow, Paul Goodman, dan Paulo Freire.
Tujuan dari pendidikan holistik sendiri ialah untuk membantu dalam membuatkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Melalui pendidikan holistik ini, diperlukan penerima didik sanggup menjadi dirinya sendiri, dengan artian sanggup memperoleh kebebasan dari segi psikologis, mengambil keputusan yang baik dan tepat, sanggup menyesuaikan cara berguru sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan dalam sosial, serta sanggup membuatkan huruf dan emosionalnya.
Pendidikan holistik ini sangat memperhatikan kebutuhan serta potensi yang dimiliki oleh para penerima didiknya, baik dalam aspek intelektual, artistik, emosional, kreatif, fisik, dan spritual. Proses pembelajaran ini menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh alasannya ialah itu taktik pembelajaran holistik ini lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar.
Ada pun hal – hal yang harus di perhatikan dalam membuatkan taktik dari pembelajaran holistik sebagai berikut ini :
1. Menggunakan pendekatan pembelajaran secara transformative
2. Prosedur pembelajaran yang fleksibel
3. Pemecahan dilema melalui lintar disiplin ilmu
4. Pembelajaran yang bermakna
5. Pembelajaran melibatkan komunitas dimana individu itu berada.
Di dalam pendidikan holistik ini, tugas dan otoritas seorang guru untuk memimpin dan mengontrol acara pembelajaran hanya sedikit, seorang guru lebih banyak berperan sebagai mentor, sahabat, dan fasilitator.
Ada pun tokoh-tokoh klasik yang merintis pendidikan holistik ialah Ralph Waldo Johann Pestalozzi, Emerson, Jean Rousseau, Bronson Alcott, Henry Thoreau, Friedrich Froebel dan Francisco Ferrer. Berikutnya ialah beberapa tokoh lainnya yang dianggap sebagai pendukung pendidikan holistic tersebut, yaitu Maria Montessori, Rudolf Steiner, Howard Gardner, John Dewey, Francis Parker, George Dennison Kieran Egan, Ivan Illich, John Caldwell Holt, Jiddu Krishnamurti, Carl Jung, Carl Rogers, Abraham Maslow, Paul Goodman, dan Paulo Freire.
Tujuan dari pendidikan holistik sendiri ialah untuk membantu dalam membuatkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Melalui pendidikan holistik ini, diperlukan penerima didik sanggup menjadi dirinya sendiri, dengan artian sanggup memperoleh kebebasan dari segi psikologis, mengambil keputusan yang baik dan tepat, sanggup menyesuaikan cara berguru sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan dalam sosial, serta sanggup membuatkan huruf dan emosionalnya.
Pendidikan holistik ini sangat memperhatikan kebutuhan serta potensi yang dimiliki oleh para penerima didiknya, baik dalam aspek intelektual, artistik, emosional, kreatif, fisik, dan spritual. Proses pembelajaran ini menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh alasannya ialah itu taktik pembelajaran holistik ini lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar.
Ada pun hal – hal yang harus di perhatikan dalam membuatkan taktik dari pembelajaran holistik sebagai berikut ini :
1. Menggunakan pendekatan pembelajaran secara transformative
2. Prosedur pembelajaran yang fleksibel
3. Pemecahan dilema melalui lintar disiplin ilmu
4. Pembelajaran yang bermakna
5. Pembelajaran melibatkan komunitas dimana individu itu berada.
Di dalam pendidikan holistik ini, tugas dan otoritas seorang guru untuk memimpin dan mengontrol acara pembelajaran hanya sedikit, seorang guru lebih banyak berperan sebagai mentor, sahabat, dan fasilitator.