-->

Penjelasan Tradisi Sejarah Masyarakat Era Abjad (Setelah Mengenal Aksara)

Penjelasan Tradisi Sejarah Masyarakat Masa Aksara (Sesudah Mengenal Aksara) - Sebelum masyarakat mengenal sistem tulisan, masyarakat Indonesia sudah bekerjasama dengan para pedagang asing, terutama dari Cina Selatan dan India Selatan. Karena Kepulauan Nusantara terletak di antara jalur pelayaran Cina-India maka para pedagang yang pergi dari Cina ke India atau sebaliknya dipastikan melewati perairan Indonesia. 

Selama pelayaran ini, para pedagang abnormal menyempatkan diri singgah di tempat-tempat di Indonesia. Persinggahan para pedagang abnormal tersebut sanggup berlangsung sementara atau untuk waktu yang cukup lama. Adakalanya mereka singgah di pelabuhan-pelabuhan yang ramai dikunjungi para pelaut dan pedagang lain, sekadar memperlihatkan barang dagangnya. Dan adakalanya pula mereka mencari dan membuka lahan gres sebagai tempat tinggal sementara sebelum melanjutkan pelayaran. Ingat, pelayaran mereka sangat tergantung pada kondisi cuaca.

Para pedagang dan pelaut abnormal yang berdiam relatif lama itu pada kesudahannya bersosialisasi dengan penduduk pribumi Nusantara. melaluiataubersamaini demikian, terjadilah kontak budaya antara mereka dengan orang-orang pribumi. Memang, efek India dan Cina terhadap kehidupan pribumi tidak sama. Ini terlihat dari segi politik. Kita akan mengetahui bahwa ternyata orang-orang Indialah yang banyak memainkan kiprah politik di awal-awal tarikh masehi di Nusantara. Ini terlihat dari sistem pemerintahan kerajaan yang diadopsi dari sistem di India.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para pakar, bangsa Indonesia memasuki zaman sejarah sekitar era ke-5 Masehi, yaitu dengan ditemukannya tujuh buah prasasti yang berbentuk yupa di kawasan Kutai, Kalimantan Timur. Pengaruh India sangat kental dalam inovasi yupa tersebut yaitu terdapatnya karakter Pallawa yang tertulis dalam yupa tersebut. Dari sinilah kemudian tradisi sejarah pada masyarakat Indonesia mulai terbentuk. Mereka mulai membuat catatan tertulis atau merekam pengalaman hidup masyarakatnya. Berikut referensi beberapa rekaman pengalaman masyarakat Indonesia yang berwujud prasasti sebagai diberikut:

Penjelasan Tradisi Sejarah Masyarakat Masa Aksara  Penjelasan Tradisi Sejarah Masyarakat Masa Aksara (Sesudah Mengenal Aksara)
Prasasti Sanghyang Tapak.
1. Prasasti

a. Prasasti Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di sekitar aliran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Menurut bukti prasasti yang ditemukan, Kutai ialah kerajaan tertua di Indonesia. Prasasti Kutai itu berbentuk tugu atau yupa yang berbahasa sanskerta dan karakter pallawa. Dalam salah satu prasasti ditetapkan nama-nama raja mirip Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman sebagai peringatan upacara kurban. Dilihat dari bentuk goresan pena pada yupa diduga prasasti itu dibentuk pada era ke-5 Masehi.

Raja populer Kutai yaitu Mulawarman, mirip diungkapkan pada salah satu yupa diberikut ini: ”Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia mempunyai putra yang masyur yang berjulukan Aswawarman. (Dia) mempunyai tiga orang putra yang mirip api. Yang terkemuka di antara ketiga putranya yaitu sang Mulawarman, raja yang besar, yang berbudi baik, kuat, dan kuasa, yang sudah upacara korban emas amat banyak dan untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan”. Ia sering disamakan dengan Ansuman, yaitu Dewa Matahari.

Raja Mulawarman dikenal sangat bersahabat dengan rakyatnya. Ia juga mempunyai relasi yang baik dengan kaum Brahmana yang hadir ke Kutai. Diceritakan bahwa Raja Mulawarman sangat dermawan. Ia memdiberi sedekah sepegunungan minyak dan lampu. Ia juga mempersembahkan hadiah 20.000 buntut lembu kepada Brahmana di suatu tempat yang disebut Wafrakeswara. Wafrakeswara yaitu tempat suci untuk memuja Dewa Siwa. melaluiataubersamaini demikian, sanggup kita simpulkan bahwa Raja Mulawarman menganut agama Hindu Siwa. 

Dari besarnya sedekah Raja Mulawarman ini memperlihatkan keadaan masyarakat Kutai yang sangat makmur. Kemakmuran ini didukung oleh peranan yang besar. Kerajaan Kutai dalam pelayaran dan perdagangan dunia. Hal ini disebabkan lantaran letak Kutai yang sangat strategis, yaitu berada dalam jalur perdagangan utama Cina−India.

b. Prasasti Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara terletak di kawasan Bogor, Jawa Barat. Adanya kerajaan tertua di Pulau Jawa ini, didukung oleh beberapa prasasti, seperti:

(1) Prasasti Ciaruteun/Ciampea (Bogor)
Prasasti Ciaruteun ditemukan di bersahabat muara Cisadgua. Prasasti itu ditulis pada sebuah kerikil besar disertai cap sepasang telapak kaki. Terjemahan goresan pena prasasti itu antara lain: Ini bekas sebuah kaki yang mirip kaki ilahi Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Purnawarman, raja negeri Taruma yang gagah berani di dunia.

(2) Prasasti Kebon Kopi (Bogor)
Prasasti ini ditemukan di Cibungbulang, Bogor. Dalam prasasti ini terdapat gambar dua telapak gajah yang disamakan dengan telapak gajah Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu). Terjemahan goresan pena prasasti itu antara lain:
Di sini tampak sepasang dua telapak kaki.... yang mirip Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dan ... kejayaan.
Isi prasasti tidak sanggup dibaca selengkapnya lantaran ada belahan goresan pena yang sudah usang.

(3) Prasasti Tugu (Cilincing, Jakarta)
Prasasti ini ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini ialah prasasti Tarumanagara yang terpanjang dan terpenting. Isinya antara lain wacana penggalian sebuah terusan sepanjang 6112 tumbak (lebih kurang 11 Km), yang berjulukan Gomati. Penggalian itu dilakukan pada tahun ke 22 pemerintahan Raja Purnawarman. Pekerjaan penggalian diselesaikan dalam waktu 21 hari. Sesudah selesai, diadakan selamatan di mana raja mempersembahkan hadiah 1000 buntut sapi kepada para Brahmana. Di samping itu, prasasti tugu sebut penggalian sungai berjulukan Candrabaga.

(4) Prasasti Muara Cianten (Bogor)
Prasasti ini ditulis dengan karakter ikal dan belum sanggup dibaca.

(5) Prasasti Jambu (Leuwiliang)
Prasasti ini ditemukan di Bukit Koleangkak, termasuk perkebunan Jambu, kira−kira 30 km sebelah barat Bogor. Prasasti ini meliputi sanjungan kebemasukan, kegagahan, dan keberanian Raja Purnawarman.

(6) Prasasti Lebak (Banten)
Prasasti Lebak ditemukan pada tahun 1947. Prasasti ini spesialuntuk terdiri atas dua baris kalimat. Corak goresan pena mirip dengan goresan pena pada prasasti Tugu. Isinya memuji kebemasukan dan keagungan Raja Purnawarman.

Sumber prasasti Tarumanagara dibentuk dengan bahasa Sanskerta dan karakter Pallawa. Dari salah satu prasasti diketahui diketahui Raja populer dari Tarumguagara yaitu Purnawarman. Hal itu mirip diungkapkan dalam prasasti Ciaruteun, yaitu: ”Ini yaitu dua tapak kaki Raja Purnawarman raja dari negeri Taruma, raja yang gagah berani”

Purnawarman pun dikenal sebagai raja yang memperhatikan dilema pertanian dan peternakan yang diungkapkan dalam prasasti Tugu. 

c. Prasasti Kerajaan Sriwijaya
Prasasti-prasasti yang berkaitan dengan kerajaan Sriwijaya antara lain:

(1) Prasasti Kedukan Bukit
Isi Prasasti menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (sidhayarta) dengan bahtera dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan beberapa daerah.

(2) Prasasti Talang Tuwo
Isi prasasti menyatakan pembuatan taman berjulukan Sriksetra. Taman itu dibentuk oleh Dapunta Hyang untuk kemakmuran tiruana makhluk.

(3) Prasasti Telaga Batu
Isi prasasti menyatakan kutukan bagi rakyat yang melaksanakan kejahatan dan tidak taat pada perintah raja.

(4) Prasasti Kota Kapur
Isi prasasti menyatakan perjuangan Kerajaan Sriwijaya untuk menaklukkan Jawa yang tidak setia kepada Sriwijaya.

(5) Karang Berahi
Isi kedua prasasti menyatakan usul ilahi biar menjaga Kerajaan Sriwijaya dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat.

Isi prasasti membawa kita pada kesimpulan sebagai diberikut.

(a) Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, dan Telaga Batu yang ditemukan di bersahabat Palembang menceritakan berdirinya Kerajaan Sriwijaya pada tahun 683 M. Pusat kerajaan terletak di bersahabat kota Palembang sekarang.

(b) Prasasti Kota Kapur dan Karang Berahi yang ditemukan di Bangka dan Jambi menceritakan wilayah kekuasaan Sriwijaya hingga ke Pulau Bangka dan Melayu.

Sesudah prasasti di atas, sumber sejarah wacana Kerajaan Sriwijaya sanggup kita ketahui dari prasasti di Indo Cina dan India serta catatan-catatan Cina dan Arab. Catatan dari Cina berasal dari I Tsing, seorang rahib Buddha. Sedangkan catatan dari Arab berasal dari Raihan Al-Beruni spesialis geografi dari Persia.

2. Karya Sastra

Selain prasasti yang sudah dijelaskan di atas, bukti kebiasaan goresan pena yang dilakukan oleh raja-raja di kerajaan di Indonesia yaitu saat mereka mempunyai para penulis keraton atau para pujangga yang bertugas mencatat beberapa insiden penting yang berkaitan dengan kerajaannya. Misalnya, menyangkut sebuah insiden penting yang menyangkut bidang sosial, ekonomi, politik maupun keagamaan, serta pembuatan silsilah kerajaan dan kebijakan-kebijakan raja.

Para pujangga istana menulis wacana hal-hal yang baik dan positif saja dari seorang raja, bersifat istanasentris dan mempunyai tujuan untuk pertanda kelebihan, keistimewaan, dan menjadi alat legitimasi dari seorang raja. Misalnya, saat di kerajaan Singosari Ken Arok membentuk wangsa Giridrawangsa untuk mempersembahkan pemahaman kepada rakyat bahwa ia yaitu keturunan dewa.

Pada awalnya karya sastra ini ditulis di atas daun lontar yang bila rusak selalu diperbaiki. Sejalan dengan kemajuan teknologi kemudian diubah memakai kertas. Karya sastra ini sanggup berbentuk puisi, kakawin, maupun prosa. Berikut karya sastra yang dimaksud antara lain:

(a) Kitab Kakawin Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, pada masa pemerintahan Raja Jayabaya dari Kediri. Kisah peperangan Pandawa dengan Kurawa yang secara implisit menggambarkan perang antara Jenggala dan Kediri.
(b) Kitab Kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh.
(c) Kitab Smaradhana, karya Mpu Dharmaja.
(d) Kitab Lubdaka dan Kitab Wrtasancaya, karya Mpu Tanakung.
(e) Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna.
(f) Kitab Pararaton, isinya sebagian besar mitos wacana riwayat Ken Arok, Riwayat Raden Wijaya dan Kertguagara hingga menjadi raja di Majapahit.
(g) Kitab Sundayana, yang mengisahkan terjadinya insiden Bubat, yaitu perkawinan yang bermetamorfosis pertempuran.
(h) Negarakretagama, yang dikarang oleh Mpu Prapanca, mengisahkan perjalanan Hayam Wuruk ke daerah-daerah kekuasaan Majapahit.
(i) Kitab Sutasoma, yang dikarang oleh Mpu Tantular, meliputi wacana riwayat Sutasoma, seorang anak raja yang menjadi pendeta Budha. Dalam kitab ini tergambar adanya kerukunan umat beragama di Majapahit antara umat Hindu dengan umat Budha. Dalam kitab ini terdapat ungkapan Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa.
(j) Kitab Ranggalawe, yang menceritakan pemberontakan Ranggalawe.
(k) Kitab Sorandaka, yang menceritakan pemberontakan Sora.
(l) Kitab Usana Jawa, yang menceritakan penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar.

Sedangkan tradisi goresan pena peninggalan kerajaan-kerajaan Islam berupa karya sastra yang mendapat efek dari Persia. Namun efek sastra Indonesia dan Hindu juga masih ada. Pada masa itu muncullah hikayat, yaitu karya sastra yang kebanyakan meliputi dongeng belaka, ada pula yang meliputi kisah sejarah; di pulau Jawa disebut babad biasa di Jawa berupa puisi (tembang) di luar Jawa sanggup berbentuk syair atau prosa. Beberapa referensi karya sastra antara lain:

(1) Cerita Panji
Mengisahkan perkawinan Panji Inu Kertapati, putra raja Kahuripan dengan Galuh Candra Kirana, putri raja Daha. Perkawinan berlangsung setelah berhasil mengatasi banyak sekali kesusahan.

(2) Cerita Amir Hamzah
Mengisahkan permusuhan antara Amir Hamzah dengan mertuanya, raja Nursewan dari Madayin, yang masih kafir.

(3) Hikayat Bayan Budiman
Mengisahkan burung nuri yang pintar kisah sehingga Prabawati yang ditinggal suaminya, Madasena, berlayar terhindar dari perbuatan serong.

(4) Hikayat Hang Tuah
Mengisahkan perkawinan Hang Tuah, abdi raja Malaka yang setia, gagah berani, lagi bijaksana. Hang Tuah yaitu tokoh sejarah, yaitu laksamana armada kerajaan Malaka waktu masa jayanya. Ia yaitu prajurit yang utama, berani serta pintar dan bijaksana, dan abdi sang raja yang taat dan setia. Bisa dikatakan dalam segala hal ia yaitu wakil sang raja dan duta kerajaannya. 

Berkali-kali namanya kita jumpai dalam Sejarah Melayu, dan ia selalu dijadikan referensi teladan. Dalam hikayat ini ia digambarkan sudah menjadi hero pada masa Gajah Mada (sekitar tahun 1350), mengenal kerajaan Wijayanagara di India pada puncak kejayaannya (sekitar tahun 1500) dan mengalami pula jatuhnya Malaka pada tahun 1511, bahkan juga direbutnya Malaka oleh Belanda pada tahun 1641.

Hang Tuah tidak meninggal melainkan gaib, setelah ia mengundurkan diri dari hidup kemasyarakatan dan menjadi petapa. Sebagai keramat ia masih sering kali menampakkan diri kepada keturunannya. Demikianlah berdasarkan ceritanya.

Penjelasan Tradisi Sejarah Masyarakat Masa Aksara  Penjelasan Tradisi Sejarah Masyarakat Masa Aksara (Sesudah Mengenal Aksara)
Salinan naskah hikayat Raja-Raja Pasai
(5) Hikayat Raja-Raja Pasai
Kitab ini disusun sekitar era ke−15 M. Isinya terkena riwayat raja-raja yang pernah memerintah Samudera Pasai. Hikayat Raja-raja Pasai. Kitab babad ini dalam pokoknya meriwayatkan kerajaan Pasai, semenjak didirikan oleh Malik al-Saleh (wafat th. 1297) hingga ditaklukkan oleh Majapahit zaman Gajah Mada.

Angka tahun tidak ada didapatkan dalam kitab ini, dan uraian seluruhnya ditenun dalam dongeng-dongeng sehingga jikalau tidak ada bahan-bahan sejarah untuk mencocokkan dan sebagai perbandingan maka tak dapatlah kita membedakan mana fakta-fakta sejarahnya. Demikianlah misalnya, permulaannya berupa dongeng wacana seorang anak wanita yang dilahirkan dari sebatang bambu dan nantinya kawin dengan seorang putera darah biru yang waktu kecilnya diasuh oleh sebuntut gajah. 

Bagian yang mengisahkan raja-raja Pasai pun lebih berupa kisah roman daripada sejarah. Tentang sebabnya Pasai diserang Majapahit diceritakan sebagai diberikut: Seorang puteri Maja pahit, Raden Galuh Gumarancang, jatuh cinta kepada Tun Abd al-Jalil, putera Raja Pasai, dan hadir sendiri di Pasai menjemput kekasihnya. Raja Pasai tidak menyetujui perkawinan ini, dan menyuruh bunuh puteranya dan membuang ke maritim mayatnya. Ketika sang puteri mengetahui hal ini, ia menenggelamkan diri bersama perahunya untuk bersatu dengan sang pangeran itu. Raja Majapahit segera mengirimkan armadanya ke Pasai untuk menyatakan amarahnya.

Sementara karya sastra babad yaitu kisah sejarah yang biasanya lebih bersifat kisah daripada nilai sejarahnya. Karya-karya babad yang berhasil terkumpul antara lain:

(1) Babad Tanah Jawi
Isi kitab ini menceritakan kerajaan-kerajaan di Jawa, semenjak kerajaan Hindu−Buddha hingga kerajaan-kerajaan Islam. Babad Tanah Jawi. Kitab ini menguraikan sejarah pulau Jawa mulai dari Nabi Adam hingga 1647 tahun Jawa (=1722 Masehi). Adam ini beranak Nabi Sis, Sis beranak Nurcahya, Nurcahya beranak Nurasa beranak Sang Hyang Wenang beranak Sang Hyang Tunggal beranak Batara Guru. Batara Guru yang bertakhta di Suralaya beranak 5 orang, di antaranya: Batara Wisnu. Wisnu inilah raja pertama di Jawa, bergelar Prabu Set.

Jelaslah bahwa permulaannya susah kita terima sebagai sejarah. Begitu pula lanjutannya, yang menguraikan banyak sekali raja dan kerajaan mirip Pajajaran dan Majapahit. Mulai dari zaman Demak ada juga sedikit-sedikit sejarah, makin mendekat era ke-18 makin banyak, akan tetapi uraian seluruhnya banyak yang lebih berupa kisah daripada sejarah. Dalam hal ini fakta sejarahnya lebih banyak didapatkan di Sejarah Melayu, artinya lebih aktual dikemukakan. Sebaliknya Babad Tanah Jawi memuat banyak sekali angka tahun, yang memdiberi kemungkinan untuk dicocokkan dengan bahan-bahan sejarah lain.

(2) Babad Sejarah Melayu
Kitab ini ditulis oleh patih Kerajaan Johor berjulukan Bendahara Tun Muhammad. Isinya menceritakan kebemasukan Iskandar Zulkarnain yang menurunkan raja−raja Melayu. Sejarah Melayu, juga dinamakan Sulalat us-salatin. Kitab ini betul-betul dimaksudkan sebagai sejarah. Meskipun banyak juga terdapatkan dongeng-dongeng di dalamnya, dalam garis besarnya yang diuraikan yaitu peristiwa-peristiwa yang sungguh terjadi. Penulisnya yaitu Bendahara Tun Muham mad, patih kerajaan Johor, atas perintah dari Raja ’Abdullah, adik dari Sultan Ala’uddin Riayat Syah III. Kitab ini dimulai dalam tahun 1612 dan selesai dalam tahun 1615, jadi ditulis waktu kerajaan Johor berulang kali mendapat serangan dari Aceh.

Sejarah ini dimulai dengan riwayat Iskandar dari Makadunia (Iskandar dzu’l Karnain). Seorang keturunannya datang di Bukit Seguntang bersahabat Palembang dan menjadi raja. Kerajaan ini nantinya pindah ke Singapura, dan kemudian ke Malaka. Mulai dari sini semakin banyaklah fakta-fakta sejarah yang diceritakan.

(3) Babad Cirebon
Kitab ini memuat wacana daftar sejarah Cirebon.

(4) Bustanul Salatin
Kitab ini ditulis oleh Nuruddin ar-Raniri. Isinya memuat intisari anutan Islam, mirip penciptaan langit dan bumi, riwayat nabi-nabi, dan riwayat para sultan yang pernah memerintah Aceh (kronik).

(5) Babad Giyanti
Menceritakan pertolongan kerajaan Mataram menjadi kerajaan Yogyakarta dan Surakarta pada tahun 1755. Pada tahun 1757, bangun kerajaan Mangkunegaran, sebagian dari kerajaan Surakarta. Babad Giyanti, karangan Yasadipura. Isinya meriwayatkan pecahnya kerajaan Mataram dalam tahun 1755 dan 1757 menjadi Surakarta di bawah pemerintahan Paku Buwono III, Yogyakarta dengan Hamengku Buwono I dan Mangkunegaran yang diperintah oleh Mangkunegoro I. Apa yang diuraikan dalam kitab ini yaitu betul-betul sejarah, meskipun banyak beberapa penambahan oleh penulisnya.

Karya sastra berupa syair peninggalan sejarah Islam di Indonesia antara lain:

(1) Syair Abdul Muluk
Syair ini menceritakan bahwa Raja Abdul Muluk mempunyai dua orang istri, yaitu Siti Rahmah dan Siti Rafiah. Ketika kerajaan Barbar diserang oleh Kerajaan Hindustan, Siti Rafiah sanggup meloloskan diri. Kemudian berkat menolongan teman dekatnya, ia sanggup merebut kerajaannya kembali.

(2) Gurindam Dua Belas
Karya sastra ini ditulis oleh Ali Haji, yang meliputi pesan yang tersirat bagi para pemimpin, pegawai, dan rakyat biasa menjadi terhormat dan disegani oleh sesama manusia.

(3) Suluk Sukarsah
Isinya mengisahkan seseorang yang mencari ilmu untuk mendapat kesempurnaan.

(4) Suluk Wijil
Isinya terkena wetidakboleh−wetidakboleh Sunan Bonang kepada Wijil. Wijil yaitu seorang yang kerdil bekas abdi raja Majapahit.

(5) Suluk Karya Hamzah Fansuri
(a) Syair Prahu
Manusia yang diibaratkan bahtera yang mengarungi lautan zat Tuhan dengan menghadapi segala macam marabahaya yang spesialuntuk sanggup dihadapi oleh tauhid dan ma’rifat.
(b) Syair Si Burung Pingai
Jiwa insan disamakan dengan sebuntut burung, tetapi bukan burung arti yang sebenarnya, melainkan zat Tuhan.

(6) Suluk Malang Sumirang
Isinya wacana seseorang yang sudah mencapai kesempurnaan hidup.

Demikianlah materi Penjelasan Tradisi Sejarah Masyarakat Masa Aksara (Sesudah Mengenal Aksara), semoga bermanfaa.
LihatTutupKomentar