Banyak orangtua yang merasa cemas jikalau anaknya mulai menggemari acara televisi ketimbang belajar. Namun, beberapa mahir beropini bahwa tontonan televisi sanggup menawarkan beberapa keuntungan. Program-program atau acara yang ada pada televisi sanggup dijadikan sebagai media untuk membuatkan serta memotivasi cara berpikir kritis, memotivasi menulis, membaca, dan memacu anak lebih kreatif.
Namun, jangan biarkan anak melihat televisi secara pasif tanpa di damping oleh orangtuanya. Partisipasi orang renta sangat dibutuhkan untuk mendorong anak ke arah yang lebih baik.
Berapa usang menonton televisi
Durasi anak menonton televisi sangat dipengaruhi oleh kebijakan dari orangtua. Di Amerika, televisi dianggap sangat berperan, sehingga dalam sehari anak pra sekolah melihat televisi selama 3 jam dan anak sekolah dasar selama 5 jam.
Yale Family Television Research melakukan sebuah penelitian yang menemukan bahwa efek orangtua dalam durasi menonton. Penelitian ini menjelaskan wacana efek jenis acara yang ditonton anak. Bagi belum dewasa yang sering melihat tayangan atau acara fantasi kekerasan akan cenderung kurang kooperatif, kurang imajinatif, angka IQ yang kurang, dan kolot dalam berinteraksi.
Bagi belum dewasa yang menggemari film kartun, mereka akan cenderung kurang antusias dalam belajar. Pada umumnya, pecandu televisi akan terlihat lebih gelisah dan memperlihatkan problem di sekolah.
Sedangkan belum dewasa yang sedikit menonton televisi, akan cenderung lebih suka dalam berpartisipasi pada aktivitas-aktivitas, dan gampang bergaul dengan lingkungan sekitar.
Peraturan orangtua
Wajar saja jikalau sering terjadi perdebatan antara anggota keluarga wacana jadwal dan waktu dalam menonton televisi. Yang paling penting yaitu konsistensi orangtua dalam menerapkan hukum wacana jadwal menonton televisi. Aturan yang dibentuk keluarga umumnya sanggup diterima anak jikalau belum dewasa diberi beberapa kegiatan yang sifatnya konstruktif. Aturan yang dibentuk harus di taati oleh seluruh anggota keluarga, tak terkecuali para pembantu dan pengasuh yang ada di rumah. Ingatkan mereka jikalau melanggar hukum yang dibentuk keluarga.
Diskusikan kekerasan
Perlu dibangun diskusi yang baik untuk menanggapi adegan-adegan yang sifatnya adegan kekerasan. berdasarkan para peneliti, orangtua serta pendidik bahwa tayangan kekerasan yang di lihat di televisi menjadi penjadi penyebab terjadinya tindakan kekerasan dalam lingkungan masyarakat.
Peran orangtua sangat diharapkan untuk menengahi atau mengurangi dampak kekerasan tersebut. Anak perlu diberikan pengertian bahwa pemain film yang bermain dalam film hanyalah akal-akalan saja. Dan jelaskan juga pada anak bahwa pemain film tersebut sudah terlatih untuk sanggup saling menghindar.
Terkait dengan polisi yang menembak di dalam film, katakan pada anak bahwa kejadian itu tidak akan terjadi dalam kehidupan nyata. Konflik serta problem yang terjadi di dalam film tidak harus diselesaikan dengan cara kekerasan. Pada kenyataannya seorang polisi yang mengeluarkan tembakan sanggup dibawa dan diadili di pengadilan. Hidupkanlah suatu diskusi yang positif dengan anak untuk menanggapi adegan kekerasan dalam televisi.
Cara kerja televisi
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam film diyakini oleh belum dewasa sebagai tokoh yang nyata. Tokoh tersebut diyakini masuk televisi melalui tembok atau stop kontak.
Di sini tugas orangtua dibutuhkan untuk menjelaskan pada anak wacana proses pembuatan film. Penjelasannya pun akan sedikit teknis, jadi orangtua juga harus sedikit memahami atau menguasai cara pembuatan suatu film atau program. Penjelasan yang sederhana sanggup dilakukan dengan menjelaskan wacana nama peran, sutradara, dan lain-lainnya kenapa harus selalu ada dalam sebuah film.
Peraturan orangtua
Wajar saja jikalau sering terjadi perdebatan antara anggota keluarga wacana jadwal dan waktu dalam menonton televisi. Yang paling penting yaitu konsistensi orangtua dalam menerapkan hukum wacana jadwal menonton televisi. Aturan yang dibentuk keluarga umumnya sanggup diterima anak jikalau belum dewasa diberi beberapa kegiatan yang sifatnya konstruktif. Aturan yang dibentuk harus di taati oleh seluruh anggota keluarga, tak terkecuali para pembantu dan pengasuh yang ada di rumah. Ingatkan mereka jikalau melanggar hukum yang dibentuk keluarga.
Diskusikan kekerasan
Perlu dibangun diskusi yang baik untuk menanggapi adegan-adegan yang sifatnya adegan kekerasan. berdasarkan para peneliti, orangtua serta pendidik bahwa tayangan kekerasan yang di lihat di televisi menjadi penjadi penyebab terjadinya tindakan kekerasan dalam lingkungan masyarakat.
Peran orangtua sangat diharapkan untuk menengahi atau mengurangi dampak kekerasan tersebut. Anak perlu diberikan pengertian bahwa pemain film yang bermain dalam film hanyalah akal-akalan saja. Dan jelaskan juga pada anak bahwa pemain film tersebut sudah terlatih untuk sanggup saling menghindar.
Terkait dengan polisi yang menembak di dalam film, katakan pada anak bahwa kejadian itu tidak akan terjadi dalam kehidupan nyata. Konflik serta problem yang terjadi di dalam film tidak harus diselesaikan dengan cara kekerasan. Pada kenyataannya seorang polisi yang mengeluarkan tembakan sanggup dibawa dan diadili di pengadilan. Hidupkanlah suatu diskusi yang positif dengan anak untuk menanggapi adegan kekerasan dalam televisi.
Cara kerja televisi
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam film diyakini oleh belum dewasa sebagai tokoh yang nyata. Tokoh tersebut diyakini masuk televisi melalui tembok atau stop kontak.
Di sini tugas orangtua dibutuhkan untuk menjelaskan pada anak wacana proses pembuatan film. Penjelasannya pun akan sedikit teknis, jadi orangtua juga harus sedikit memahami atau menguasai cara pembuatan suatu film atau program. Penjelasan yang sederhana sanggup dilakukan dengan menjelaskan wacana nama peran, sutradara, dan lain-lainnya kenapa harus selalu ada dalam sebuah film.